Lihat ke Halaman Asli

Kau, Kita dan Kalimat yang Tak Selesai

Diperbarui: 18 Juni 2015   04:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku bagai kalimat yang tak selesai
Mengeluh di tengah malam yang bisu
Teringat wajahnya di langit malam
“Hai pesona sejuta sepi?” gumamku menelisik suasana.
Sementara kala itu, hening menyelinap hening yang dalam

Di penantianku,
Tak kudapatkan satu kata pun,
Kecuali angin yang merambat berdesis

Tak usah kau palingkan wajah untuk tak lagi memandangku, duhai langit
Kita akan berdamai
Kala embun sampai padaku di ujung daundan ranting
Kala butir pertama dari sinar yang melahirkan matari

Kau akan meresapi aku bagai daun daun
Yang tak akan mengeluh karena angin
Karena musim yang pasti menggubah

Aku memulai untuk melupakan kenangan
Dan memulai mengikat janji
Pada satu hari yang baik
Kau akan mendapatkan aku mengalir dalam dirimu

Aku tak akan mengecualikan diri kecuali mengerti—
Dan tak dimengerti
Saat ini—
Atau nanti.

Untuk: K.N.A; D.A.N; H.N.S

Syamsir Alam
050814
Bandar Lampung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline