Lihat ke Halaman Asli

Melalui Silaturrahmi JK Mendamaikan Indonesia

Diperbarui: 20 Juni 2015   04:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Setiap terjadi pergantian Presiden di Indonesia maka yang terjadi adalah Presiden pengganti tidak pernah bertemu dengan Presiden yang digantikannya. Soeharto sejak menggantikan Soekarno, mereka berdua tidak pernah bertemu sampai Soekarno wafat. Lalu Habibie yang menggantikan Soeharto pun demikian, tidak pernah bertemu sampai Soeharto wafat. Berlanjut ke Gus Dur yang menggantikan Habibie, Megawati menggantikan Gus Dur sampai SBY menggantikan Megawati. Malah sampai menjelang SBY turun, Megawati dan SBY masih dalam suasana ‘perang dingin’. Demikianlah kondisi yang terjadi dan seolah-olah telah menjadi 'tradisi' politik.

Namun kondisi itu berubah saat JK menjadi Wakil Presiden di era SBY. JK pada saat lebaran Idul Fitri mendatangi Soeharto, Habibie, Gus Dur dan Megawati. Bersilaturrahmi kepada semua mantan Presiden tanpa ada beban politik. Saat ditanya oleh wartawan : “ mengapa melakukan kunjungan?” Dijawabnya dengan enteng : “kan sekarang lebaran, masak tidak boleh silaturrahmi. Kan agama sangat menganjurkan untuk menghubungkan silaturrahmi”.

Itulah JK, manusia yang selalu menyambung silaturrahmi. Bagi JK “sejuta kawan itu kurang, tapi satu musuh itu sudah sangat banyak”. Dan memang sejak masih muda JK kawannya sangat banyak. Rumah orang tuanya di Jalan Andalas Makassar, samping Masjid Raya, menjadi markas teman-temannya dari HMI untuk berdiskusi atau berkumpul bersama. Saat menjadi Direktur di PT. Hadji Kalla, setiap lebaran JK mengunjungi rumah karyawannya di Perumahan Hadji Kalla. Jika ada kawannya yang sakit akan dijenguknya. Bahkan saat salah seorang pensiunan PT. Hadji Kalla meninggal dunia, di tengah kesibukannya, JK menyempatkan mendatangi rumah duka.

Wajar saja hampir semua ormas Islam seperti NU, Muhammadiyah, Dewan Dakwah, Hidayatullah, Wahdah Islamiyah, dan lain sebagainya dan juga ormas non Islam itu berteman dengan JK. Bahkan juga pimpinan partai politik yang ada di Indonesia tidak ada yang menjadikan JK sebagai ‘musuh’ politik. Buktinya nampak pada Pilpres 2014 ini. JK yang tanpa partai diusung oleh 5 partai. Tentu hal ini tidak akan terjadi kalau JK tidak pandai menjaga silaturahmi.

Mengapa JK melakukan itu semua? Apakah karena JK ingin pencitraan? Ternyata JK meyakini dari ajaran Islam yang dianutnya dan juga dicontohkan oleh kedua orang tuanya bahwa menyambung silaturrahmi itu wajib hukumnya. Orang yang senang bersilaturrahmi akan dipanjangkan umurnya dan ditambah rezekinya, sebagaimana sabda Rasulullah Muhammad SAW. JK ingin mengamalkan ajaran Islam yang diyakininya sebagai ajaran yang rahmatan lil alamin.

Itu semua ternyata sangat berguna saat beliau berinisiatif mendamaikan perang di Poso, Ambon dan Aceh. Beliau diterima di semua golongan baik Islam maupun Kristen. Dengan silaturahmi itulah kedua pihak yang bertikai percaya pada niat baik JK. Dialog pun terjadi dengan terbuka sampai akhirnya perjanjian damai pun ditandatangani oleh kedua belah pihak. Poso, Ambon dan Aceh pun berhenti bergolak.

JK pada Pilpres 2014 ini mendapatkan pasangan yang juga setipe. Jokowi sosok yang juga gemar silaturrahmi dengan gaya blusukannya ke masyarakat bawah. Jika Allah menakdirkan Jokowi-JK menjadi Presiden dan Wakil Presiden Indonesia tahun 2014 – 2019 kelak, semoga itu dapat membuat bangsa ini tetap bersatu, damai dan sejatera. Permasalahan bangsa dapat dipecahkan dengan hati yang tenang dan jauh dari kemarahan. Amin.

Syamril
Makassar, 12 Juni 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline