Lihat ke Halaman Asli

Partai Koruptor Juara III

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Catatan Dunia Maya.


Meskipun saya bukan apa siapanya Partai Demokrat. Namun kalau etika membolehkan, saya ingin protes kepada SBY. Kok tega teganya beliau menyudutkan Partai Demokrat, partainya sendiri diposturkan sebagai Koruptor Juara Ketiga. Kalaulah memang sudah begini keadaannya, sebagai hamba rakyat saya rasanya sudah tak mampu, jangan ditambah lagi beban yang saya tidak mengerti. Entah dapat ilham atau bisikan dari mana beliau bisa bisanya membuat analog kejuaraan kriminal bagi partai politik di negeri ini. Wow...I don’t believe something had come that sound too bad to be true.


Dengan berkelit secara apapun, opini berkembang di masyarakat merambat membiak dengan deret hitung seperti formula hukum pascal dan umumnya pasti yang jeleknya saja. Seperti biasanya alasan yang sering dikemukakan sebagai konter isu adalah bahwa yang korup itu adalah kader alias oknum dan karenanya pasti bukan partai. Cara ngeles seperti itu mungkin keluar dari mangapnya kader kaderan agar dinilai bosnya sebagai kader yang aktif kreatif santun dan cerdas.


Nggak usah pakar komunikasi politik, para pemimpin partai lainnya tentu akan memahami makna pesan tersebut. Bahwa partai lain juga sama bobroknya, dengan demikian janganlah menggunakan isu korupsi untuk menyerang Partai Demokrat. Tapi harap jangan lupa bahwa persoalan ini bukan persoalan partai tetapi menyangkut juga nasib saya, nasib rakyat Indonesia.


Burung bulbul pun tahu kalau yang namanya partai adalah perkumpulan orang bukan perkumpulan modal. Partai ya partai bukan perseroan. Bahasa politiknya partai adalah organisasi kader. Antara kader dengan partai seperti dua muka berbeda pada koin yang sama. Jadi menurut saya, setiap pernyataan terbuka seorang pemimpin partai terhadap kadernya ibarat peribahasa; Menepuk air di dulang kepercik muka sendiri.


Mau tahu bagaimana pernyataan tersebut , ini kutipannya : “…….. Selanjutnya, korupsi di jajaran DPRD tingkat kabupaten/kota, oknum Partai Demokrat yang terlibat adalah 11,5 persen. Di atas Partai Demokrat, kata SBY, ada dua parpol lainnya, masing-masing 27 persen dan 14,4 persen. "Di tingkat menteri, anggota DPR, gubernur, hingga bupati/wali kota, kader Partai Demokrat yang terlibat 8,6 persen. Di atas Partai Demokrat, ada dua parpol, masing-masing 33,7 persen dan 16,6 persen. Dengan data ini, adilkah kalau partai kita dicap sebagai partai korup?".


Saya pikir masalah rakyat sekarang adalah masalah maraknya korupsi, karena tindak pidana korupsi adalah kejahatan terhadap kemanusiaan. Jadi pernyataan ”minta keadilan” dalam konteks diatas melanggar etika dan kepatutan seorang pemimpin bangsa.


Selanjutnya SBY menegaskan, Partai Demokrat adalah partai yang antikorupsi. SBY mengklaim, dirinya tetap konsisten dalam melakukan pemberantasan korupsi. Partai yang dibinanya tidak akan melindungi para kader yang terlibat kasus korupsi. Demikian statemen terbuka Sby kepada kadernya di Hotel Sultan, Jakarta, Rabu malam, 13 Juni 2012. Seperti dipublis Kompas.com


Tetapi tunggu dulu niat saya untuk protes saya batalkan. Karena dari sisi lain mungkin benar juga apa yang beliau kemukakan. Setidaknya saya terkesan beliau begitu terus terang dan jujur.Beliau mampu mengatakan yang sepahit apapun bagi partainya demi suatu kebenaran. Sikap dan perilaku politk seperti ini yang perlu dimiliki oleh pemimpin partai lain….gubraak.

Mungkin citra jujur inilah yang akan terbentuk sebagai opini publik. Dengan demikian akan terkesan bahwa Partai Demokrat telah dizolimi melalui trial by the press. Dukungan politik akan mengalir dari silence voter.


Setiap pemimpin mempunyai visi dan gaya kepemimpinan yang mungkin saja serupa tetapi tidak sama. Coba banding dengan karakter pemimpin yang dulu pernah saya tulis dan gambarkan dalam bentuk ceritera dengn judul:Sang Raja Memotong Lidahnya Sendiri

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline