Lihat ke Halaman Asli

Syam Rezala Harahap

Mahasiswa HI ' 24 UPNVJT

Asal Usul Konflik antara Hizbullah dan Israel, dan Keterkaitannya dengan Konsep Westphalia, Cold War, Balance of Power, Deterrence, Security Dilemma

Diperbarui: 13 Desember 2024   14:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Perseteruan antara Hizbullah dan Israel terus meluas dan terus berlangsung dari tahun 1980 hingga sekarang, dimana konflik yang berlangsung sengit ini terjadi di kawasan Timur Tengah, hal ini terjadi karena peran Iran dan perimbangan kekuatan di Lebanon. Kelompok militan yang dibentuk oleh Syiah juga partai politik bernama Hizbullah, didirikan pada tahun 1980 yang berbasis di Lebanon, yang didukung penuh oleh Iran, dimana Israel telah melakukan invasi terhadap Lebanon pada tahun 1982. Dan sejak invasi terhadap Lebanon itu, terjadilah ketegangan militer berkepanjangan antara Iran dan Israel, yang sekarang lebih dikenal sebagai konflik Hizbullah dan Israel.

Tonggak penting antara konflik Hizbullah dan Israel dimulai dengan :

  • Pembentukan Hizbullah (1980), terbentuknya organisasi Hizbullah didasari atas invasi Israel terhadap Lebanon pada tahun 1982. Hizbullah dianggap sebagai sistem utama militer Iran pada kawasan Lebanon, Hizbullah juga merupakan sebuah organisasi yang bertujuan melawan invasi Israel dan mempromosikan pengaruh Iran terhadap Lebanon.
  • Konflik Perbatasan dan Serangan Hizbullah, setelah proses invasi Israel terhadap Lebanon pada tahun 1980, Hizbullah dengan sigap melancarkan serangan berupa roket dan bom terhadap pasukan Israel. Wilayah yang terkena dampak serangkaian serangan itu berlokasi di wilayah Selatan Lebanon, dimana Israel menduduki wilayah tersebut hingga tahun 2000. Israel merespon dengan invasi secara skala kecil dan juga melancarkan serangan udara.  
  • Penarikan Israel dari Lebanon (2000), setelah sekian lama Israel menduduki wilayah Selatan Lebanon, Israel menarik kembali pasukannya setelah dua dekade. Hizbullah 1 menganggap penarikan ini merupakan sebuah kemenangan, dimana mereka mengklaim bahwa mereka berhasil dalam mengusir Israel dari wilayah Selatan Lebanon. 
  • Perang Lebanon (2006), pada bulan Juli 2006, Israel melancarkan serangan udara dan darat terhadap Iran, penyerangan ini terjadi selama 34 hari, dikarenakan kemarahan Israel atas dasar terpicu oleh organisasi Hizbullah, dimana mereka telah menculik dua tentara Israel di dekat wilayah perbatasan antara Lebanon-Israel. Perang yang menewaskan setidaknya 1.200 jiwa di perbatasan, korban yang terkena juga merupakan sebagian besar warga sipil, juga sekitar 160 orang dari Israel. Perang tersebut membuat kerusakan dan kehancuran besar di Lebanon, dimana hal ini secara tak langsung juga memperlihatkan kekuatan militer Hizbullah, meskipun kedua belah pihak mengaku atas kemenangan. 
  • Ketegangan yang Berkelanjutan, setelah perang besar antara Israel dan Hizbullah di perbatasan wilayah Lebanon-Israel, kedua belah pihak menyepakati dalam melakukan gencatan senjata, tetapi ketegangan tetap berlanjut. Iran membantu memperkuat kekuatan militer Hizbullah, juga memfasilitasi alat serang jarak jauh seperti rudal jarak jauh yang diklaim mampu mencapai wilayah Israel. Disatu sisi Israel terus memantau perkembangan dan menargetkan basis Hizbullah di Lebanon, juga aktivitas kelompok tersebut di Suriah, yang pada akhirnya Hizbullah ikut tergabung dalam mendukung rezim Bashar al-Assad selama perang saudara Suriah. 
  • Pengaruh Iran dan Regional, terjadinya konflik antara Hizbullah dan Israel bukan hanya sebatas peperangan udara dan darat, tetapi konflik rivalitas antara Iran dan Israel juga turut andil dalam skala yang lebih luas. Hizbullah di bawah pengaruhnya Iran, merupakan alat untuk Iran memperluas upaya dalam mempengaruhi kawasan Timur Tengah agar mereka melawan dan terhindar dari dominasi Israel juga sekutunya. Tentu hal ini membuat Israel beranggapan bahwa Hizbullah merupakan musuh utama dari utara, dimana kemampuan politik dan serangan udara dan darat dari Hizbullah menunjukkan seberapa besar pengaruh dominasi mereka di Lebanon. 
  • Ketegangan di Masa Sekarang, ketegangan dari Israel dan Hizbullah semakin meningkat setelah Israel terkena serangan dari Hamas pada 7 Oktober 2023, yang pada akhirnya Hizbullah turut andil dalam melancarkan serangan udara berupa roket ke wilayah posisi Israel di Peternakan Sheeba. Israel yang terguncang dengan hal ini turut membalas dengan melancarkan serangan udara juga berupa roket dan artileri. Ketegangan kembali memanas dimana Israel melancarkan serangan udara harian ke tanah Lebanon pada bulan September 2024, dimana Israel menargetkan serangan tersebut untuk Hizbullah. Serangan ini berdampak pada banyaknya kematian dari warga sipil dan anggota Hizbullah, yang salah satunya pemimpin senior mereka. Pada 30 September 2024, Lebanon Kembali ditargetkan oleh Israel yang melakukan invasi atas dasar eskalasi konflik. Dan lagi-lagi invasi ini diikuti dengan serangkaian serangan udara yang tujukan ke markas operasi militer Hizbullah. 
  • Reaksi Internasional, Hassan Nasrallah selaku pemimpin organisasi Hizbullah, menyatakan bahwa tidak ada satupun dari penduduk di Israel Utara yang dapat Kembali ke rumah mereka, hal ini secara tidak langsung mengisyaratkan bahwa konflik antara Hizbullah dan Israel akan tetap berlanjut tanpa ada batas waktu yang memadai. Pihak internasional lainnya, seperti AS dan Prancis menyerukan penahanan diri agar tidak terjadi eskalasi lanjutan yang berakhir dalam perang regional. 

Setelah asal usul yang sudah saya paparkan diatas, dibawah ini adalah lanjutan tentang keterkaitan konflik Hizbullah dan Israel dalam konsep Westphalia, Cold War, Balance of Power, Deterrence, Security Dillema, yaitu sebagai berikut :

  • KonsepWestphalia, di dalam konsep ini terdapat prinsip kedaulatan negara yang telah disepakati dari hasil perjanjian Westphalia pada tahun 1648. Di dalam konteks konflik antar Hizbullah dan Israel, mencakup kedaulatan Lebanon yang sering kali terkena dampak dan ancaman intervensi dari invasi Israel juga dukungan Iran terhadap Hizbullah. Sebagai actor non-state, Hizbullah yang beroperasi di dalam kawasan Lebanon, tidak lepas dari menciptakan terjadinya berbagai tantangan terkait kedaulatan negara tersebut, apalagi ketika Hizbullah bertindak atas kepentingan regional Iran, hal ini tentu berlawanan dengan kepentingan Israel dan stabilitas Lebanon sendiri.
  • Konsep Cold War, ketika terjadinya Cold War, konflik ini juga dipengaruhi oleh blok barat yang dipimpin AS dan blok timur yang dipimpin oleh Uni Soviet, yang terjadi dalam skala global. Iran yang berafiliasi dengan ideologi blok timur, mempengaruhi Hizbullah dengan memberikan dukungan penuh. Sedangkan Israeldidukung oleh AS. Ketegangan ini dibarengi dengan dinamika global yang kompleks, dimana konflik lokal berkaitan dengan ketegangan global. 
  • Konsep Balance of Power, di Timur Tengah sendiri konsep ini sudah diterapkan, dimana Israel yang berupaya dalam mempertahankan dominasi dan invasi militer di kawasan Lebanon Selatan, sedangkan Hizbullah memperkuat kekuatan militer di Lebanon dan sekitarnya. Hal in terjadi ketika di salah dua pihak merasa terancam, mereka akan segera memperkuat kekuatan militer, hal ini memicu dalam terjadinya kekerasan yang berkelanjutan. 
  • Konsep Deterrence, konsep ini merupakan sebuah strategi dalam pencegahan agresi militer, yang bertujuan untuk saling menunjukkan kemampuan dalam membalas serangan militer masing-masing. Dimana ketika Israel terkena serangan udara dari Hizbullah, mereka membalas kembali dengan serangan roket. Hal ini menyatakan bahwa setiap serangan akan ada timbal balik dalam bentuk serangan yang setimpal, yang diharapkan mengurangi serangan lanjutan dari Hizbullah. 
  • Konsep Security Dilemma, hal ini terjadi ketika salah satu negara melakukan tindakan defensive yang dimana negara konflik yang bersangkutan beranggapan bahwa itu sebuah ancaman, yang berujung pada penguatan kekuatan militer. Dalam konteks ini, merupakan serangan dari Hizbullah ke Israel, dimana Israel merespons dengan kekuatan militer juga. Yang pada akhirnya Hizbullah juga memperkuat kekuatan militernya lebih lanjut, Hal ini menciptakan siklus yang tiada henti antara ketegangan Hizbullah dan Israel.

Sejatinya, konflik antara Hizbullah dan Israel merupakan salah satu dinamika kompleks dalam aspek politik dan aspek militer, di Timur Tengah. Konflik yang melibatkan banyak aktor regional dan internasional yang terus menerus mempengaruhi kekuatan di kawasan ini. Dengan konflik yang terbaru menunjukkan bahwa serangan tersebut yang paling terakhir dalam beberapa dekade terakhir. Konflik ini juga diperluas lagi kedalam bidang geopolitik seperti konsep Westphalia, Cold War, Balance of Power, Deterrence, Security Dilemma, hal ini lah yang mencerminkan dinamika yang kompleks dalam Hubungan Internasional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline