Lihat ke Halaman Asli

Syalya Dhivayu Karisma

Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Upaya Wujudkan Pertanian Berkelanjutan: Mahasiswa KKN FP UB Lakukan BIMTEK Pembuatan Kompos di Desa Argosuko

Diperbarui: 1 Agustus 2024   01:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Praktik Pembuatan Kompos (Dokumentasi Pribadi)

Desa Argosukko, 14 Juli 2024 - Kelompok mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya mengambil inisiatif untuk memanfaatkan limbah kubis, batang pisang, dan kotoran kambing sebagai bahan baku pembuatan pupuk kompos di Desa Argosuko dengan 3 jenis bioaktivator, yaitu EM-4, M-21, dan MOL (hasil buatan petani).

Bimbingan Teknis (BIMTEK) tersebut dilakukan di rumah salah satu pengurus dan dijalankan bersama anggota Kelompok Tani Agromulyo 2 dengan judul kegiatan yaitu "CO-WAL: Sosialisasi dan Praktik Pembuatan Pupuk Organik Kompos Dengan Pemanfaatan Limbah Pertanian dan Kotoran Kambing di Dusun Wangkal Lor dalam Mendukung Sustainable Development Goals Poin 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab) dan 15 (Kehidupan di Atas Darat)".

Sosialisasi Pembuatan Kompos(Dokumentasi Pribadi) 

"Alhamdulilah permasalahan di Wangkal Lor itu tidak ada, maksudnya tidak berpengaruh besar dan beberapa sudah berhasil diatasi. Mungkin petani akan tertarik dengan program kerja mengenai pembenah tanah seperti pupuk dari kotoran ternak, karena biasanya petani di sini langsung saja mengaplikasikan kotoran ternaknya ke tanah," jelas Bapak Imam Utomo sebagai Bendahara Kelompok Tani Agromulyo 2.

Maka dari itu, program kerja pupuk kompos merupakan pilihan yang tepat karena bukan hanya dapat memaksimalkan penggunaan limbah pertanian dan peternakan, namun juga dapat menekan biaya yang dikeluarkan untuk pembelian pupuk kimia serta  bermanfaat untuk menjaga kualitas tanah karena penggunaan pupuk kompos merupakan salah satu cara dalam mewujudkan pertanian berkelanjutan dengan penerapan pertanian ramah lingkungan.

Pemilihan kubis sebagai bahan baku dikarenakan kubis merupakan salah satu komoditas hortikultura unggulan Desa Argosuko dengan nilai kandungan hara fosfor dan kalium yang tinggi dengan C/N rasio rendah yang mana kandungan tersebut juga sama seperti pada batang pisang. Selain itu kambing juga merupakan hewan ternak yang paling banyak dikembangbiakkan dengan nilai kandungan hara nitrogen dan kalium pada kotorannya dua kali lebih besar dibandingkan dengan kotoran sapi.

Alat dan Bahan Pembuatan Kompos (Dokumentasi Pribadi)

Penggunaan tiga bioaktivator yang berbeda dilakukan untuk mengetahui seberapa cepat mikroorganisme dari masing-masing bioaktivator dalam mendekomposisi bahan mentah yang digunakan untuk pembuatan kompos. Adapun sebelumnya bahan yang telah ditemukan akan dicacah terlebih dahulu sebelum dicampur dengan bioaktivator dan molase sebagai bahan makanan mikroorganisme yang selanjutnya dimasukkan ke dalam compost bag.

Mahasiswa juga memberikan himbauan kepada petani serta melakukan kegiatan rutin mengenai pembalikan kompos setiap satu minggu sekali dan pengecekan suhu setiap 3 hari sekali dengan tujuan untuk mengetahui fase-fase kompos seperti mesofilik, termofilik, dan pendinginan sebelum kompos siap untuk dipanen.

Berdasarkan BIMTEK yang telah dilakukan, salah satu anggota Kelompok Tani Agromulyo 2 menyebutkan bahwa kegiatan ini menambah wawasan petani mengenai langkah-langkah pembuatan kompos secara tepat, pemilihan bahan baku yang benar, serta ciri kompos yang siap panen. Bapak Imam Utomo berharap bahwa kegiatan ini bisa dilakukan oleh petani dalam jangka panjang kedepannya sehingga mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia dan dapat memberbaiki kualitas tanah di Desa Argosuko.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline