Idealnya atau maunya kita sebagai orang yang akan melalui hari tua nantinya, sudah barang tentu, kita ingin tinggal bersama anak-anak dan cucu.
Melalui hari tua dengan penuh kedamaian, dan tak perlu lagi terpaksa keluar rumah untuk mencari sesuap nasi. Melalui hari-hari dengan memperbanyak ibadah dan mendekatkan diri pada Tuhan. Dan, tentu saja tak melupakan silaturahmi pada tetangga sekitar.
Itulah keinginan banyak orang di masa tuanya. Mungkin termasuk Anda?
Namun, terkadang apa yang kita inginkan jauh dari kenyataan.
Kesibukan anak-anak dengan pekerjaan dan keluarganya, acapkali membuat intensitas komunikasi dengan orang tua (kakek-nenek) semakin berkurang, bahkan bukan hanya satu bulan sekali, ketika lebaran pun belum tentu bisa saling bertemu. Lebih-lebih di masa pandemi seperti saat ini.
Hal yang sama juga bisa terjadi pada keluarga yang kebetulan menampung kedua orangtuanya. Sekali lagi, karena kesibukan anak, sampai-sampai perhatian kepada orang tua pun terabaikan.
Mulailah timbul konflik-konflik kecil akibat adanya kesalahpengertian, yang membuat si anak merasa direpotkan dengan keberadaan orangtuanya di rumah. Dari situ, mulailah timbul pikiran untuk mengirimkan orangrtuanya ke panti jompo.
Pada dasarnya, alasan si anak mengirimkan orang tuanya ( ibu atau bapak) ke panti jompo karena mereka tak bisa sepenuhnya mengurusi kebutuhan sehari-hari orangtuanya di rumah.
Dengan tinggal di panti jompo, alasan si anak, orang tuanya akan lebih terurus. Selain itu, orangtuanya akan banyak memiliki teman seusianya, dan sehari-harinya pun selalu disuguhi berbagai kegiatan yang bermanfaat, sehingga mereka tidak akan merasa kesepian.
Alasan si anak tidak sepenuhnya dapat disalahkan. Mereka ingin orangtuanya ada yang mengurus kebutuhan sehari-harinya.