Menjadi seorang pemimpin bukanlah hal yang mudah. Apalagi masyarakat yang dipimpin begitu beragam. Itulah risiko yang harus dihadapi siapa pun yang ingin menjadi orang nomor satu di DKI Jakarta.
Terlebih lagi ketika seorang pemipin itu dipilih langsung oleh rakyatnya. Di sinilah perbedaan itu bisa menjadi penghambat di kemudian hari.
Dengan kata lain, siapa pun yang terpilih sudah seharusnya bisa memuaskan semua masyarakat, termasuk yang tidak memilihnya.
Karena kalau tidak, ada saja alasan yang dibuat-buat, bahwa masyarakat kota ini telah salah memilih orang.
Itulah mungkin sedikit gambaran apa yang di alami Kota Jakarta?
Terpilihnya Anies Baswedan (dan Sandiaga Uno) tentu saja begitu diharapkan oleh para pendukungnya.
Terpilihnya Anies, juga membuat pedukung Basuki Tjahaja Purnama (alias Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat begitu tersakiti.
Bukan karena Ahok-Djarot semata-mata dikalahkan dalam pertarungan Pilkada dua putaran itu.
Akan tetapi, drama-drama bernuansa politik yang dilabeli "agama" yang mengiringi kontestasi Pilkada itu, setidaknya ikut membuat Pilkada DKI 2017 dinilai terburuk sepanjang masa.
Setelah lebih dari dua tahun berkuasa, kita semua bisa melihat apa yang terjadi.