"Catatan yang kemarin disampaikan Bank Dunia kepada kita, dua bulan yang lalu, ada 33 perusahaan di Tiongkok keluar (direlokasi ke negara lain)," kata Jokowi.
"Dari 33 tadi, sekali lagi, 33 perusahaan di Tiongkok yang keluar, kita ulang, 23 ke Vietnam, 10 ke Kamboja, Thailand, dan Malaysia, tidak ada yang ke Indonesia," lanjut Jokowi.
Petikan bernada kekecewaan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di atas, dibeberkan Jokowi saat membuka rapat terbatas (ratas) yang membahas antisipasi perkembangan perekonomian dunia di Kantor Presiden, Jakarta Pusat, seperti dikutip di laman Detik.com (7/9/2019).
Penulis bisa memahami dengan apa yang dirasakan Jokowi. Hal itu tentu saja begitu mengecewakan.
Seperti kita ketahui, sejak awal masa pemerintahannya, Jokowi dan JK memang membuka lebar-lebar pintu pemerintahannya agar negara lain mau menanamkan modalnya di Indonesia.
Bukan hanya itu, melalui berbagai aturan dan regulasi, Jokowi seakan menggelar lebar-lebar karpet merah kepada negara lain untuk membangun bisnisnya di sini.
Bahkan, apa yg dilakukannya itu, di mata lawan politiknya dianggap sebagai upaya menggadaikan negara kepada bangsa asing. Namun, tudingan itu tak membuatnya surut.
Apa yang dilakukan Jokowi adalah bagian dari upayanya menyenangkan pelanggan, yaitu kepada negara yang selama ini sudah menanamkan modalnya di Tanah Air.
Sekaligus, tentu saja, berharap negara lain yang belum tertarik berinvestasi di sini bisa mengikutinya.
Namun, apa kata 33 negara yang terdampak perang dagang antara China dan Amerika itu? Mereka pergi dari China, dan tak satupun memilih Indonesia.