Lihat ke Halaman Asli

Sukarja

Pemulung Kata

Pilpres 2019, "Rematch" Jokowi vs Prabowo, Perlunya Melihat Rekam Jejak!

Diperbarui: 4 Desember 2018   11:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandi/TribunNews.com

Kontestasi di pemilihan presiden (Pilpres) 2019, Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto akan kembali saling berhadapan. Keduanya tentu punya cara dan strategi jitu untuk memenangi Pilpres 2019 nanti.

Bagi Jokowi, segalanya sudah dimiliki. Dukungan partai koalisi tak perlu ditanya lagi jumlahnya. Kinerjanya selama ini juga patut diacungi jempol, bahkan dunia internasional pun mengakuinya. Pengalamannya memimpin rakyat tak bisa dipandang sebelah mata.  

Jokowi adalah satu-satunya orang di Indonesia, yang menduduki jenjang kepemimpinan di pemerintahan dari jenjang paling bawah hingga yang paling atas. Dari Walikota Solo, Gubernur DKI Jakarta, hingga Presiden Republik Indonesia.

Rakyat di pelosok daerah  pun masih terus berharap, apa yang sudah dibangun selama ini untuk terus dilanjutkan agar bisa dinikmati juga oleh masyarakat lainnya di Indonesia. Itulah sekelumit modal yang sudah dimiliki sang Petahana. 

Tinggal selangkah lagi, dalam hal peningkatan sumber daya manusia (SDM) sebagai kekayaan yang sekaligus kekuatan real bangsa ini, yang akan digerakkan oleh Jokowi dan KH Ma'ruf Amin di lima tahun berikutnya.

Bagaimana dengan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno? Inilah rival Jokowi-Ma'ruf di Pilpres 2019. Seperti diketahui, Prabowo tidak memiliki pengalaman memimpin di pemerintahan seperti Jokowi. 

Lain halnya dengan Sandiaga Uno, namun Sandi pun hanya beberapa bulan menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta mendampingi Anies Baswedan. Secara kedekatan dan bagaimana menyelami apa yang dirasakan rakyat, Prabowo-Sandi tentu saja tak bisa diharapkan melebihi apa yang dimiliki dan sudah dilakukan Jokowi.

Oleh karena itu, tak ada lagi cara dan strategi lain yang bisa digunakan untuk mengalahkan Jokowi-Ma'ruf di Pilpres 2019 nanti, kecuali strategi bagaimana agar elektabilitas Jokowi sebagai Petahana bisa menurun di mata publik, sehingga antara Prabowo dan Jokowi akhirnya seakan-akan tidak memiliki kemampuan yang berbeda bagaimana memimpin rakyat dan negara.

Politik itu identik dengan persepsi, sehingga apabila persepsi seorang politikus sudah diserang atau dirusak sedemikian rupa, maka sesungguhnya dia bisa dikatakan sudah mati. Padahal, semua itu dilakukan dengan cara yang kotor, keji, dan tidak bertanggung jawab. Kita biasa menyebutnya dengan istilah  'Black Campaign' atau kampanye hitam.

Kabar bohong atau hoax yang masif beredar di tengah masyarakat, khususnya yang menyerang Pemerintahan Jokowi, termasuk juga sisi pribadi Jokowi, begitu sangat dirasakan gaungnya hingga mempengaruhi elektabilitas Jokowi sebagai petahana di Pilpres 2019.

Hal itulah yang dikatakan Wakil Sekretaris Tim Kampanye Nasional Joko Widodo-Ma'ruf Amin, Raja Juli Antoni. Menurut sekjen Partai Solidaritas Indonesia (PSI) ini, ada upaya membuat masyarakat ragu untuk memilih Jokowi-Ma'ruf dengan menggunakan hoaks. Banyaknya hoaks, menurut dia, menyebabkan elektabilitas Jokowi-Ma'ruf masih belum menembus 60 persen.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline