Tidak sulit menemukan orang lanjut usia yang kini lebih banyak mengisi waktu bersama keluarga atau menikmati hari-hari santainya. Namun, saat populasi lansia semakin bertambah dalam fenomena aging population, kita harus mempertimbangkan tantangan yang dihadapi masyarakat Indonesia. Meningkatnya jumlah lansia dapat berpotensi meningkatkan rasio ketergantungan atau menambah beban ekonomi yang harus ditanggung oleh generasi usia produktif sehinga muncul pertanyaan: bagaimana kita dapat mempersiapkan generasi usia produktif untuk menghadapi tantangan yang ditimbulkan oleh peningkatan jumlah lansia?
Berdasarkan proyeksi Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2045 jumlah lansia di Indonesia diperkirakan mencapai 19,9% dari total populasi. Pergeseran ini menimbulkan tantangan besar bagi perekonomian Indonesia, khususnya menyebabkan peningkatan pada rasio ketergantungan, yaitu perbandingan antara penduduk yang tidak produktif (lansia) dengan yang produktif (usia kerja). Kondisi ini tentu saja tidak hanya berdampak pada struktur demografis, tetapi juga pada perekonomian dan kebijakan sosial yang perlu disesuaikan untuk menjaga keberlanjutan pembangunan.
Fenomena Aging Population di Indonesia
Seiring dengan perbaikan kualitas hidup dan layanan kesehatan, BPS mencatat angka harapan hidup (AHH) di Indonesia terus meningkat, dari 67 tahun (laki-laki) dan 71 tahun (perempuan) pada 2010 menjadi 70 tahun (laki-laki) dan 74 tahun (perempuan) pada 2023. Peningkatan akses kesehatan dan kualitas hidup mendorong jumlah lansia yang makin tinggi. Fenomena ini menambah rasio ketergantungan, yang mengindikasikan bahwa penduduk usia produktif perlu menopang lebih banyak lansia sehingga beban sosial dan ekonomi juga meningkat.
"Dipertahankan (angka TFR), dan kemudian generasi bawahnya, yang muda tetap bisa menopang generasi yang berusia lanjut di atasnya, supaya nanti tidak lebih banyak lagi lansianya, dan para pemuda tetap bisa dipertahankan dengan kualitas yang baik."
Menurut Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Isyana Bagoes Oka usai acara pisah-sambut Plt Kepala BKKBN-Menteri Kependudukan di Gedung BKKBN, Jakarta pada Selasa (22/10/2024), seperti yang dikutip dari Antara.
Menjaga angka Total Fertility Rate (TFR) menjadi krusial untuk memastikan generasi muda dapat menopang populasi lansia yang terus bertambah. Hal ini berkaitan dengan fenomena yang sering disebut sebagai aging population, di mana suatu negara memiliki populasi usia lanjut yang signifikan dalam struktur demografinya. Situasi ini mengakibatkan peningkatan rasio ketergantungan, yaitu beban ekonomi yang harus ditanggung oleh penduduk usia kerja untuk mendukung kelompok usia non-produktif, termasuk lansia. Tingginya rasio ketergantungan menuntut kebijakan yang dapat memastikan kesejahteraan lansia, menjaga produktivitas ekonomi, serta meminimalkan beban pada penduduk usia kerja yang semakin berkurang secara proporsional.
Tantangan Sosial dan Ekonomi yang Dihadapi Generasi Usia Produktif dalam Era Aging Population
Terdapat beberapa tantangan yang akan dihadapai oleh generasi usia produktif karena peningkatan jumlah lansia:
1. Beban Finansial yang Meningkat
Meningkatnya jumlah lansia dapat mengakibatkan peningkatan beban finansial pada generasi usia produktif, yang harus menopang kebutuhan hidup, perawatan kesehatan, dan pensiun orang tua mereka. Hal ini dapat menyebabkan tekanan ekonomi yang signifikan bagi generasi muda dan merubah perencanaan keuangan mereka untuk masa depan. Akibatnya, banyak dari generasi usia produktif yang harus mencari sumber penghasilan tambahan untuk memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat.
2. Tantangan di Pasar Tenaga Kerja
Dengan semakin banyaknya lansia, generasi usia produktif harus bersaing di pasar tenaga kerja dengan individu yang lebih tua, yang memiliki pengalaman dan keterampilan. Ini dapat membatasi kesempatan kerja bagi masyarakat muda dan menciptakan tantangan dalam pencarian pekerjaan. Persaingan ini dapat memicu perusahaan untuk lebih memilih kandidat yang memiliki pengalaman, sehingga menyulitkan generasi muda untuk memasuki dunia kerja.