Lihat ke Halaman Asli

Mengidentifikasi Kata dan Kalimat Wacana/Teks

Diperbarui: 4 Desember 2023   06:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia sehingga dalam kenyataannya bahasa menjadi aspek penting dalam melakukan komunikasi atau interaksi sosial. Bahasa juga digunakan untuk mengutarakan keinginan, menjelaskan ide serta mengemukakan pendapat. Pernyataaan ini sesuai dengan pendapat Abidin (2013: 62) bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan berkomunikasi.

 Ditinjau dari segi bahasa, komunikasi dibagi menjadi dua yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Peristiwa komunikasi secara lisan atau tulis disebut wacana. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Fowler dalam Darma (2014: 2) menyatakan bahwa wacana adalah komunikasi lisan dan tulisan yang dilihat dari titik pandang kepercayaan, nilai, dan kategori yang termasuk di dalamnya. Wacana dalam bentuk lisan berupa ceramah, pidato, diskusi, khotbah, dan obrolan sedangkan wacana dalam bentuk tulisan berupa artikel, makalah, skripsi, buku, novel, surat, dan cerpen.

Wacana dibentuk oleh paragraf-paragraf sedangkan paragraf dibentuk oleh kalimat-kalimat, dan dirangkai kalimat yang satu dengan yang lain sehingga membentuk satu kesatuan yang utuh. Hal ini sesuai dengan pendapat Kridalaksana dalam Darma (2014: 4) bahwa wacana adalah satuan bahasa terlengkap, dalam hierarki gramatikal wacana merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar.

Berbicara tentang wacana selalu berkaitan dengan konteks. Seperti yang dikatakan oleh Darma (2014: 65) bahwa konteks adalah benda atau hal yang berada bersama teks dan menjadi lingkungan atau situasi penggunaan bahasa.

Dengan demikian, konteks adalah hal-hal yang berkaitan dengan unsur bahasa. Unsur-unsur konteks wacana sangat penting karena pengunaan bahasa harus memperhatikan konteks agar dapat menggunakan bahasa secara tepat dan menentukan makna secara tepat pula.

Wacana dapat berupa kata, kalimat, paragraf, atau karangan utuh yang lebih besar, seperti buku atau artikel yang berisi amanat lengkap. Bentuk penyampaiannya bisa lewat media lisan ataupun tertulis yang bersifat transaksional atau interaksional. Alfi Yuda (2022).

Wacana merupakan salah satu kajian dalam ilmu linguistik yakni bagian dari kajian dari pragmatik. Wacana memiliki kedudukan lebih luas dari klausa dan kalimat, karena wacana mencakup suatu gagasan dan konsep suatu teks. Wacana dalam bahasa inggris disebut discourse diartikan sebagai ungkapan dalam suatu interaksi komunikasi.

Istilah "wacana" diposisikan atau disandingkan dengan istilah "bahasa". Oposisi ini banyak digunakan dalam bidang hermeneutika. Oposisi ini sebanding dengan oposisi saussure yang terkenal, yakni langue dan parole. Istilah "bahasa" senada dengan langue, sedangkan istilah "wacana" senada dengan parole. Rohana & Syamsuddin (2015)

Berikut beberapa pengertian wacana menurut para ahli:

  • Menurut Harimurti Kridalaksana, wacana (discourse) adalah satuan bahasa terlengkap dan merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar dalam hierarki gramatikal, (1983: 179 dalam Sumarlam, 2009:5).
  • Menurut Guntur Tarigan (1987: 27) mengemukakan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang paling lengkap, lebih tinggi dari klausa dan kalimat, memiliki koherensi yang baik, mempunyai awal dan akhir yang jelas, berkesinambungan , dan dapat disampaikan secara lisan atau tertulis.

A. Koherensi dan Kohesi 

Sudah dikemukakan oleh para ahli bahwa wacana bukanlah semata-mata rangkaian kalimat. Agar menjadi wacana, rangkaian kalimat itu haruslah mampu menghubung-hubungkan makna dari kalimat-kalimat (bagian-bagian teks) tersebut, sehingga membentuk kesatuan makna yang terpadu. Hubunganhubungan yang menghubungkan makna bagian wacana itulah yang disebut dengan koherensi. Koherensi merupakan syarat mutlak wacana; tanpa koherensi, tidak ada wacana. Koherensi sebagai hubungan kemaknaan sering sudah jelas dengan sendirinya bagi para peserta komunikasi. Namun tidank jarang pula hubungan makna wacana itu tidak tampak jelas, terutama dalam wacana yang mengandung hubungan-hubungan makna yang kompleks seperti pidato ilmuah atau makalah ilmiah. Ketidakjelasan hubungan makna itu tentu saja dapat mendatangkan kebingungan pada pihak pembaca (pendengar). Dalam keadaan yang demikian para pembaca (pendengar) akan banyak tertolong jika penulis (pembicara). Secara lebih eksplisit memberi petunjuk kepada pembaca (pendengar) tentang hubunganhubungan makna (koherensi) wacana, dengan memanfaatkan saranasarana kebahasaan, baik yang berupa sarana-sarana ketatabahasaan (gramatikal) maupun makna kata-kata (lesikal). Sebagai contoh, dengan menggunakan sarana gramatikal konjungsi, misalnya konjungtor karena atau karena itu. Penulis (pembicara) secara eksplisit menyatakan hubungan sebab-akibat yang, menghubungkan kedua klausa dan kalimat tersebut. Dalam peristilahan teknis, hubungan gramatikal dan/atau leksikal antar berbagai bagian wacana (teks) itu disebut kohesi. Kohesi merupakan penanda lahiriah koherensi sekaligus salah satu sarana untuk mencipatakan koherensi wacana.

  • Sarana-sarana Kohesi
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline