Lihat ke Halaman Asli

Awal Gejolak Perseteruan Dua Negara Seperjuangan antara Rusia dan Ukraina

Diperbarui: 13 Juni 2022   10:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Rusia dan Ukraina masih dalam situasi menegangkan. Tercatat pada hari senin, 06 Juni 2022 perang masih bergulir menyentuh hari 103 invasi. Dikutip dari tirto.id menyebutkan bahwa pada Minggu pagi, 05 Juni 2022 Rusia menyerang ibu kota Ukraina untuk pertama kalinya. Rusia mengirimkan lima rudal jelajah yang dijatuhkan dari pesawat khusus bom Tu-95, walaupun salah satu dari kelima rudal tersebut ada yang berhasil dihalau saat menuju laut Kespia namun, keempat rudal berhasil menjatuhi wilayah Ukraina. 

Meski demikian, Ukraina masih memberikan perlawan atas Rusia. Rusia yang sudah berhasil menguasai setidaknya 70% kota di Ukraina namun dua hari terakhir Rusia didorong mundur secara paksa oleh Ukraina. Institute for the Study of War mengungkapkan bahwa operasi Rusia berhasil diperlambat  oleh Ukraina setelah melakukan serangan balik lokal yang ampuh dan efektif saat di Sielvierodonetsk.

Faktanya, eskalasi ketegangan antara Rusia dan Ukraina bukan pertama kali terjadi di tahun 2022 ini. Ketegangan antara kedua negara sudah dimulai semenjak tahun 2014. Sita (2022: 8) mengungkapkan bahwa sejak tahun 2014 persahabatan antara Rusia dan Ukraina sudah mengalami keretakan setelah Viktor Yanukovych digulingkan oleh rakyatnya sendiri karena dianggap sangat memihak kepada Rusia. Viktor lebih memilih melakukan hubungan dagang dengan Rusia dibanding negara lain. 

Bahkan, akibat adanya pandangan-pandangan yang berbeda dalam masyarakat dan pemerintahan di Ukraina, menyebabkan terbentuknya dua golongan pemerinatahan yaitu pro Uni-Eropa dan pro-Rusia. Pemerintahan Ukraina yang bergolongan pro-Rusia berasal dari politisi Crimea. Tetapi, Rusia yang membantu menyelesaikan konflik di negara Ukraina malah menjadikan jalan mereka untuk mengambil wilayah Crimea. 

Dibantu dengan letak Crimea yang strategis dimanfatakan langsung oleh Rusia untuk memperkuat pemerintahannya di kawasan Eropa Timur. Akhirnya, pada saat terjadi krisis di Crimea Rusia berhasil membujuk pemerintahan Crimea untuk bergabung bersama Rusia. Pada tanggal 16 Maret 2016 Crimea memutuskan bergabung bersama Rusia dan meninggalkan Ukraina.

Kemudian permasalahan yang kian memanas pada awal tahun 2022 ini dikarenakan NATO berusaha menarik Ukraina ke dalam anggotanya yang membuat Presiden Putin tidak tinggal diam. Bagi pemimpin Rusia ini, Ukraina dan Rusia merupakan saudara seperjuangan dan tidak seharusnya berpisah. 

Ziyad (2022: 14)  menyebutkan alasan Presiden Putin melakukan serangannya kepada Ukraina adalah untuk meredam ancaman yang nyata ke depannya, ancaman nyata yang dimaksud Presiden Putin adalah ancaman serangan dari Kiev (ibukota Ukraina) dan NATO. 

Namun, Presiden Ukraina Valodymyr Zelensky mengutarakan pendapatnya bahwa negaranya akan terus berjuang untuk menjadi anggota NATO meskipun Rusia terus menunjukan api amarah.  

Sampai hari ini, peperangan antara Rusia dan Ukraina masih berlangsung dengan sangat dramatis. Sudah banyak korban jiwa akibat peperangan oleh kedua negara ini. Semoga ke depannya gejolak perseteruan Ukraina dan Rusia berakhir damai dengan jalan keluar yang baik dan sama-sama menguntungkan kedua negara tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline