Lihat ke Halaman Asli

Tumbuh Tidak Wajar (Catatan Hari Jadi Kab.Tanah Bumbu,Kalsel)

Diperbarui: 26 Juni 2015   06:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tumbuh Tidak Wajar

( Catatan Hari Jadi Tanah Bumbu 8 April 2011)

Oleh ; SYAIPUL ADHAR, SE., ME

Pada hakikatnya, merayakan hari jadi (baca; lahir), Suatu Daerah (state) atau Kota tidak jauh berbeda dengan perayaan hari jadi seorang individu. Ada Pesta, Kontemplasi, Review Pencapaian dan Harapan. Mari kita lewati saja bagian pestanya, karena tiap kita punya pendapat berbeda tentang ini, tidak usah diperdebatkan.

Bagi yang sependapat dan memandang sebuah Kota/Wilayah sebagai satuan sistem terencana yang memiliki rasa dan karsa, maka 3 hal diatas: Kontemplasi, Review pencapaian dan Harapan adalah jawaban mengapa kita perlu merayakan Hari Jadi. Maka mari kita ambil waktu sejenak untuk Kontemplasi dan merenung, apa yang sudah kita dapatkan sebagai sebuah Daerah? Apa harapan kita sudah terpenuhi?

Kabupaten Tanah Bumbu (Tanbu) yang dilahirkan berdasarkan UU No. 2 tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Tanbu dan Balangan, sudah memasuki Usia ke- 8 Tahun, tentu dengan beragam harapan dan pencapaian sebagai aktualisasi diri Pemimpin, SKPD dan Masyarakat. Untuk menjawab pertanyaan diatas, ada beberapa cara mengetahui keberhasilan pembangunan sebuah Daerah, bisa teoritis dan ilmiah atau cara yang paling mudah sekalipun dengan fakta Pembangunan Infrastruktur dilapangan. Semuanya bisa diperdebatkan, tergantung pendekatan yang kita lakukan.

Secara Teoritis, Pertama, dapat dilihat dari Pertumbuhan Ekonomi dan Pendapatan Perkapita (PDRB) Pertahun. Kedua, dapat dilihat pada performance based budgetting pada Flapon Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Pertahun Anggaran, bagaimana Rasio Belanja Langsung dan Tidak Langsung, Belanja Modal dan Pegawai, apakah mengarah pada pro pertumbuhan, pro kesejahteraan dan pro rakyat miskin?. Ketiga, Rencana Pembangunan Jangka Panjang/ Menengah (RPJM/RPJP) Daerah yang terangkum dalam Visi Misi Daerah.

Pilihan paling mudah dan tidak membingungkan adalah dengan membandingkan fakta pembangunan Infrastruktur Kabupaten Tanbu dengan Kabupaten lain di Kalimantan Selatan. Keunggulan Komparatif dengan melimpahnya SDA di Tanbu tidak diikuti dengan keunggulan kompetitif sebagai sebuah kebijakan peningkatan daya saing. Dalam kasus pencapaian kebutuhan Publik, seperti Jalan, Listrik dan Air Bersih belum maksimal jika dibandingkan potensi yang bisa dikembangkan dan besarnya APBD Tanbu. Ada anomali pembangunan yang tercipta, benarkah Tanah Bumbu memasuki fase Tumbuh Tidak Wajar?

Saya termasuk yang sangat percaya, siapapun pemimpinnya, Tanah Bumbu adalah daerah yang sudah menyiapkan segalanya bagi pertumbuhan. Dengan kondisi demografi, bentang wilayah dan SDA yang besar, Tanbu sudah menyajikan 'daftar menu' yang siap kita sajikan dengan menarik. Maka tidak salah jika sebelum Kabupaten Tanah Bumbu dibentuk, Batulicin sebagai Ibukota Kabupaten sudah dicanangkan sebagai Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (Kapet) hingga sekarang.

Bisa dibanyangkan alangkah besarnya potensi Tanbu sebagai sebuah Kabupaten yang multipotensi dan Pencanangan batulicin sebagai Kawasan Ekonomi Khusus /KEK (KAPET) yang dimanjakan dengan banyaknya kemudahan- kemudahan dalam Investasi. Kolaborasi sebagai sebuah Kabupaten Otonom dan KAPET, adalah jaminan kemajuan diatas kertas yang tidak terbantahkan. Infrastruktur publik yang bagus sebagai syarat mutlak sebuah kota Maju dan terdepan, masih berbanding terbalik dengan kondisi dilapangan. Listrik byarpet, Jalan banyak rusak, Tata Kota yang semrawut dan pengelolaan air bersih yang belum profesional, adalah potret yang mesti dilakukan pembenahan, agar asumsi Tumbuh Tidak Wajar tidak benar adanya.

Harakiri Sumber Daya Alam

Potensi Sumber Daya Alam yang besar di Tanbu belum digunakan maksimal untuk kemakmuran bersama. Ekploitasi SDA terutama pertambangan dan perkebunan, tidak sebanding dengan keinginan 'sederhana' rakyat agar fasilitas publik maksimal disediakan. Memang pada gilirannya Jebakan SDA (natural resource trap), melenakan dan membuat kita menjadi malas ber inovasi.

Banyak kasus, Daerah kaya SDA tidak membuat penduduknya terlepas dari kemiskinan dan rendahnya tingkat pendidikan. Kekayaan SDA berupa barang mentah, tidak diolah terlebih dahulu menjadi barang jadi. Dengan sifat Investasi jangka pendek di sektor SDA, pada gilirannya hanya menumbuhkan segelintir pengusaha. Belum bicara ekternalitas kerusakan lingkungan akibat keseimbangan ekosistem, inilah yang kita sebut harakiri sumber daya alam. Ekplorasi alam dengan alasan peningkatan PAD, ada harga yang mesti dibayar sebagai pertukaran.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline