Menelusuri Potensi Data Spasial Kampung Biatan Ulu cukup memberikan kesan baik secara pribadi bagi penulis. Kampung ini berdampingan dengan Kampung Lempake, Karangan, Dumaring dan Kampung biatan ilir yang merupakan salah satu kampung secara administrasi berada di Kecamatan Biatan, Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur. Komposisi etnis pada kampung tersebut dapat dikatakan bermacam-macam suku, dimana warga masyarakat didominasi suku Bugis, Dayak Basap Aladan, Sasak, Sunda, dan Jawa.
Dari Sosial Budaya Agama yang dianut yaitu mayoritas adalah islam, selebihnya Kristen Protestan dan Katolik. Kawasan terdiri dari Areal penggunaan lain (APL) , Hutan Lindung (HL), dan Hutan Produksi Konversi (HPK). Dapat dijelaskan bahwa APL merupakan singkatan yang memaknai areal di luar kawasan hutan negara yang diperuntukan bagi pembangunan di luar bidang kehutanan, HL adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, pengendalian erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah, HPK dapat djelaskan suatu kawasan hutan produksi yang tidak produktif dan produktif yang secara ruang dapat dicadangkan untuk pembangunan di luar kegiatan kehutanan atau dapat dijadikan lahan pengganti tukar menukar kawasan hutan.
Penduduk kampung Biatan Ulu mayoritas hidup dengan mengelola lahan ladang dan perkebunan. Area perkebunan bervariasi dalam hal jenis tanaman dan lokasi budidaya, sehingga disebut kebun campuran, komoditi tanaman kebun seperti Lada atau disebut warga kebun Sahang, ada juga perkebunan kakao, kopi, sayur kacang-kacangan, umbi-umbian, dan dikelilingi sungai-sungai kecil yang memiliki banyak jenis ikan baung, ikan mas tawes, ikan mujair dll. Salah satu manfaat penting hutan bagi masyarakat adalah sebagai sumber berbagai jenis pengobatan tradisional, area kebun tertutupi dalam hutan dimana petani mendapatkan hak penguasaan dari pemerintah Kampung berupa surat garapan.
Pemuda kampung Biatan Ulu Kelola Komoditas Lada
Perkebunan kopi telah redup akibat harganya menurun drastis, kemudian diganti tanaman kakao yang merupakan jenis tanaman baru yang semula dibudidayakan oleh komunitas Bugis. Namun ada banyak tanaman kakao dalam kebun diserang penyakit yang menyebabkan buah kakao rusak. Saat ini perkebunan Lada yang saat ini sedang dikembangkan oleh masyarakat dan perusahaan sawit yang begitu berkembang dalam kawasan kampung tersebut. Lada (Merica atau Sahang) piper nigrum adalah tanaman yang kaya kandungan kini diminati sebagai salah satu komoditas perdagangan dunia dan lebih dari 80% lada Indonesia diekspor ke luar negeri, karena merupakan Raja Rempah, berkembang biak dengan biji, tetapi petani memilih melakukan penyetekan untuk mengembangkannya.