Mengatasi Kecemasan Ekonomi dengan Bijak: Hentikan Doom Spending dan Kelola Keuangan Secara Efektif (Ahmad Syaihu)
Kecemasan ekonomi adalah salah satu masalah yang belakangan ini kerap dialami oleh banyak orang, terutama di tengah ketidakpastian global dan meningkatnya biaya hidup. Kondisi ini sering kali membuat seseorang merasa terjebak dalam kekhawatiran yang berlarut-larut, seperti takut kehilangan pekerjaan, menghadapi inflasi yang melonjak, atau melihat tabungan semakin menipis. Salah satu bentuk respons yang banyak orang lakukan dalam menghadapi kecemasan ekonomi adalah berbelanja secara impulsif---fenomena yang dikenal dengan istilah doom spending.
Apa itu Doom Spending?
Doom spending adalah perilaku di mana seseorang membeli barang-barang atau jasa secara impulsif sebagai cara untuk mengatasi kecemasan atau perasaan tidak nyaman terkait kondisi ekonomi mereka. Meskipun pada awalnya berbelanja mungkin memberikan rasa nyaman atau kepuasan sesaat, perilaku ini justru dapat memperburuk situasi finansial dalam jangka panjang. Akibatnya, orang yang terjebak dalam doom spending sering kali merasa lebih cemas setelah berbelanja karena sadar bahwa pengeluaran tersebut tidak sepenuhnya diperlukan, dan justru menambah beban keuangan.
Mengapa Doom Spending Bisa Terjadi?
Doom spending biasanya terjadi sebagai bentuk pelarian dari realitas ekonomi yang menekan. Misalnya, seseorang yang khawatir dengan masa depan keuangannya mungkin merasa bahwa membeli barang-barang baru akan memberinya perasaan kontrol atau kebahagiaan sementara. Namun, ketika pengeluaran ini tidak sesuai dengan kemampuan finansial, hal itu justru akan memperparah kecemasan yang mereka rasakan.
Berikut ini adalah beberapa penyebab umum mengapa doom spending bisa terjadi:
Tekanan Sosial: Kehidupan di era digital membuat banyak orang merasa perlu mengikuti tren atau gaya hidup yang ditampilkan di media sosial. Hal ini menciptakan tekanan sosial untuk membeli barang-barang yang mungkin sebenarnya tidak diperlukan.
Kepuasan Instan: Saat membeli sesuatu, otak melepaskan dopamin, hormon kebahagiaan. Meskipun efeknya hanya sementara, banyak orang merasa tergoda untuk mengulangi perilaku ini ketika mereka merasa stres atau cemas.