Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Syaihu

Guru MTsN 4 Kota Surabaya

Kelas Menengah di Indonesia Menurun Jumlahnya ini Penyebab dan Solusinya

Diperbarui: 4 September 2024   22:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi kelas menengah Indonesia (CNBC Indonesia)

Penurunan Kelas Menengah di Indonesia: Tantangan Ekonomi dan Urgensi Kebijakan untuk Menjaga Daya Beli  (Ahmad Syaihu)

Data BPS

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa jumlah penduduk kelas menengah di Indonesia pada tahun 2024 mengalami penurunan signifikan. Dengan jumlah 47,85 juta jiwa atau sekitar 17,13 persen dari total populasi, kelas menengah Indonesia menyusut dari periode sebelum pandemi COVID-19. Pada tahun 2019, kelas menengah masih mencapai 21,45 persen dari populasi, yaitu sekitar 57,33 juta jiwa. Namun, penurunan ini bukanlah masalah yang sederhana, melainkan mencerminkan berbagai tantangan ekonomi yang semakin kompleks.

Sebaliknya, kelompok penduduk yang menuju kelas menengah (aspiring middle class) mengalami peningkatan. Pada tahun 2023, kelompok ini tercatat sebanyak 136,92 juta jiwa atau sekitar 49,47 persen dari populasi, dan naik sedikit menjadi 137,5 juta jiwa atau 49,22 persen pada tahun 2024. Meski demikian, peningkatan ini tidak bisa mengimbangi penurunan yang terjadi pada kelas menengah itu sendiri. Salah satu faktor utama yang menyebabkan penurunan ini adalah komposisi tenaga kerja yang didominasi oleh sektor informal dengan upah yang relatif rendah.

Menurut Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, kategori aspiring middle class adalah mereka yang pengeluarannya antara 1,5 hingga 3,5 kali garis kemiskinan. Sebaliknya, mereka yang pengeluarannya antara 1 hingga 1,5 kali garis kemiskinan tergolong rentan miskin. Amalia juga menekankan pentingnya menjaga daya beli kelas menengah sebagai fondasi perekonomian Indonesia, mengingat mereka merupakan salah satu penyumbang utama pengeluaran konsumsi rumah tangga secara agregat.

Dalam analisis berdasarkan kelompok umur, mayoritas penduduk kelas menengah berasal dari Generasi X (lahir antara 1965-1980) sebesar 24,77 persen, diikuti oleh Generasi Milenial (kelahiran 1981-1996) dengan persentase 24,60 persen. Di sisi lain, mayoritas penduduk yang menuju kelas menengah adalah Generasi Z, yaitu 25,45 persen, diikuti oleh Generasi Milenial dengan 24,08 persen. Dari perspektif pekerjaan, sebagian besar kelas menengah bekerja di sektor jasa, mencapai 57,05 persen, sementara di sektor industri hanya 22,98 persen, dan 19,97 persen bekerja di sektor pertanian.

Selama lima tahun terakhir, terjadi penurunan jumlah kelas menengah yang bekerja di sektor formal. Pada tahun 2019, jumlahnya tercatat sebesar 61,71 persen, namun pada tahun 2023 menurun menjadi 58,65 persen. Pada tahun 2024, terjadi sedikit peningkatan menjadi 59,36 persen. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada peningkatan, kelas menengah tetap berada dalam kondisi yang rentan.

Dampak penurunan kelas menangah

Penurunan kelas menengah ini memiliki dampak besar terhadap perekonomian nasional. Ekonom dari Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Yusuf Rendy Manilet, menyoroti bahwa kelas menengah merupakan penyumbang utama dalam konsumsi domestik. Penurunan daya beli kelas menengah dapat mengakibatkan penurunan permintaan yang berujung pada perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional. Ketika daya beli kelas menengah menurun, resesi atau stagnasi ekonomi menjadi ancaman nyata.

Masalah ini diperparah oleh kebijakan pemerintah yang akan memberlakukan kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 11 persen menjadi 12 persen pada Januari 2025. Kenaikan ini, bersama dengan potensi perubahan subsidi transportasi publik, dapat menambah beban ekonomi bagi kelas menengah, yang sudah dalam kondisi rentan. Kenaikan PPN diperkirakan akan memperburuk ketidakpastian ekonomi dan menurunkan daya beli masyarakat, yang pada akhirnya akan memperlambat pertumbuhan ekonomi.

Upaya mengatasi yang harus dilakukan oleh Pemerintah

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline