Di zaman yang konon semakin maju dan modern dari segala aspek mentuntut kita untuk tidak mau ketinggalan. Sehingga kita sebagai manusia biasa terlalu lemah untuk tidak ikutan trend. Karena dari saking cepatnya kemajuan peradaban. Dalam fenomena distrupsi ini yang begitu melekat adalah tentang budaya konsumtif. Iphone terbaru, motor keluaran terbaru, dan paling seru juga keinginan untuk dolanan tiap akhir pekan.
Saya juga merasakan hal yang sama, perasaan ingin memilki. Ingat ya ingin memiliki bukan membelinya. Karena memiliki tidak harus membeli tho bisa aja saya dapat undian kupon jalan sehat. Sorry sedikit ngehalu!. Apalagi saat ini sudah sangat mudah iklan produk terkini kita temui. Marketing barang-barang keluaran terbaru nan mewah bukan hanya sekedar menawarkan produk Tetapi lebih dalam lagi. Mempengaruhi ruang psikologis konsumen melalui iklan disertai copywriting level sepuluh. Ya, budaya konsumsi kita memang ada yang mendesain.
Di tengah gempuran iklan yang kian membahayakan saldo rekening maka secara automatis kita sering tergoda untuk membelanjakannya. Tentu yang paling terpengaruh adalah seorang freshgraduated yang baru kerja. Sebetulnya masa semacam ini pernah saya rasakan. Kebayang pasti bagi kita yang sudah melewati masa ini. Dari berstatus mahasiswa yang sulit keuangan kemudian mempunyai uang hasil kerja keras sendiri. Serasa bebas membelanjakannya sesuka hati.
Maka sebagai freshgraduated yang baru punya penghasilan butuh jimat keuangan. Sesuai namanya jimat ini harus jadi penjaga bagi saldo di rekening kita dari pengeluaran barang-barang mewah yang tidak diperlukan. Jika dulu jimat diletakkan di depan pintu untuk menangkal jin ataupun makhluk halus. Begitupula jimat keuangan ini diletakkan di dalam mindset untuk menangkal sifat boros kita yang ditemani iklan di media online agar kita merogoh duit untuknya.
Awal bulan adalah waktu yang penuh dengan kebahagiaan, pasalnya baru menerima gaji. Setahun pertama biasanya suka traktir teman satu kosan dan berbelanja sesuai keinginan. Paling senang jika akhir bulan mengagendakan jalan ke destinasi wisata. Perasan tanpa beban karena dompet masih tebal. Sudah jadi budaya umum jika gaji awal bulan sering kali tidak cukup sampai waktu gaji bulan berikutnya. Penulis kawakan Indra Ismawan seorang pengusaha dan juga penulis buku The Art Of Money membagikan pengetahuannya mengelola uang. Bahwa kebutuhan seseorang akan tumbuh sesuai besaran penghasilanya. Maka yang bisa lakukan adalah membuat pengecualian dan disiplin.
Sudah saatnya mengencangkan sabuk pada keperluan yang tidak diperlukan apalagi hanya bersifat keinginan (wants). Saya percaya bahwa kebutuhan kita sedikit dan sederhana. Betul apa yang dikatakan pepatah kuno. Kebutuhan primert manusia adalah makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Tapi kabar buruknya di antara tiga itu ada predikat gengsi. Keadaan dimana kita ingin memenuhi kebutuhan kebutuhan pokok yang lebih mewah. Contoh sederhanya begini, makan nasi telur dan steak sama-sama mengenyangkan. Namun gengsi lebih memilih makan steak ketimbang nasi telur jika dihadapkan dua pilihan.
Bagi kita yang bekerja di sektor swasta di kota Jogja mungkin akan selalu teriak dan membandingkan dengan daerah lain. UMR Jogja rendah dengan jumlah segitu bisa buat beli apa. Orang yang tidak bijak mengelola uang akan selalu membuat alasan gaji kecil akibatnya tidak bisa membeli aset. Walaupun sebenarnya aset tidak bisa hanya dipandang rumah dan kendaraan. Aset yang terjangkau untuk dibeli satu diantaranya adalah emas logam mulia, perhiasan dinar, bahkan saat ini sudah ada program nyicil dari harga sepuluh ribu rupiah. Tinggal kita membuat perencanaan dengan bijak dan terpenting ialah memulai hari ini. Secepatnya!
Tak kalah pentingnya juga freshgraduated sebagai orang yang baru memulai karir untuk terus memperbesar kapasitas keahlian kita sesuai bidangnya. Agar kita bisa meng-upgrading dan meng-upskilling dari waktu ke waktu. Sudah banyak platform online yang berbasis aplikasi atau website yang bisa digunakan dan fleksibel waktu belajarnya. Sebagaimana aturan permainan di perusahaan bahwa staff yang naik pangkat adalah ia yang selalu memperbarui kemampuan dalam dirinya yang kemudian membawa dampak positif bagi tempat bekerja.
Lulus kuliah langsung dapat kerja memang menjadi impian banyak orang. Terutama bagi dia yang memimpikan bekerja di bidang yang sesuai dengan latar belakang akademik dan minatnya. Besaran gaji sebetulnya bukan satu-satunya penghambat untuk bisa mandiri secara keuangan. Tapi pola perilaku terhadap keuanganlah yang penting kemudian mendisiplinkan diri. Sebab, kata Morgan Housel mengelola keuangan bukan tentang logika melainkan perilaku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H