Lihat ke Halaman Asli

Syaiful Rahman

TERVERIFIKASI

Pelajar

Ketika Patriotisme Berubah Jadi Kisah Percintaan FTV

Diperbarui: 3 Februari 2025   11:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Kompas.com

Saya termasuk orang yang terlambat membaca karya-karya novelis legendaris, Pramoedya Ananta Toer. Ketika duduk di bangku kuliah, saya baru membacanya. Dimulai dari bukunya yang paling fenomenal, yaitu Bumi Manusia. Menurut saya, novel ini sungguh luar biasa. Di dalamnya penuh dengan patriotisme yang dahsyat. Siapa pun yang membaca, darah perjuangan akan mendidih dalam dirinya.

Akan tetapi, Pram--demikian pengarang legendaris itu bisa disebut--memang pengaran yang luar biasa. Kisahnya bukan berisi ceramah. Spirit patriotisme disampaikan melalui balutan kisah cinta yang asyik untuk terus diikuti. Bahkan penggambarannya terasa begitu nyata. 

Setiap kali saya melewati Jalan Stasiun Wonokromo, pikiran saya selalu melayang ke dalam kisah Bumi Manusia. Terkadang muncul kilatan dalam pikiran, saya seolah-olah hidup dan merasakan suasana novel tersebut. Singkatnya, novel itu benar-benar luar biasa dalam menarik pembacanya ke dalam alur cerita.

Beberapa tahun kemudian, setelah saya membaca novel tersebut, terdengar kabar bahwa Bumi Manusia akan diangkat ke layar lebar. Tentu saja itu sebuah kabar yang baik. Minke diperankan oleh Iqbal yang kala itu memang sedang viral pasca menjadi pemeran Dilan. Masyarakat pun berharap, film Bumi Manusia itu benar-benar berhasil membius penontonnya sebagaimana Bumi Manusia membius pembacanya.

Sayangnya, banyak penonton merasa kecewa setelah menyaksikan tayangan Bumi Manusia dalam versi filmnya. Mereka mengganggap bahwa film tersebut jauh dari penggambaran yang ada dalam novel. Justru yang muncul sebagai penekanan sekadar kisah cinta picisan. Sementara nilai-nilai patriotisme yang ada dalam novel nyaris hilang.

Apalagi dalam momentum tersebut memang sedang viral kisah cinta Dilan dan Milea. Celakanya, yang dijadikan aktor Minke adalah aktor Dilan. Akibatnya, memori publik tercampur dan sulit dipisahkan. Di satu sisi, penonton berharap Iqbal benar-benar bisa menjadi Minke. Sementara di sisi lain, dalam benak penonton sudah tergambar bahwa Iqbal adalah Dilan yang penuh dengan kata-kata romantis.

Dua citra untuk satu person dalam waktu yang sangat berdekatan ini memang menambah citra film Bumi Manusia sebagai film yang kurang berhasil mengalihmediakan novel. Akan tetapi, kita tetap perlu memberikan apresiasi terhadap produser dan semua pihak yang berperan dalam film Bumi Manusia.

Setidaknya, dengan adanya film tersebut, semakin banyak orang yang sadar bahwa Indonesia memiliki pengarang dan karya yang dahsyat. Pram dengan Bumi Manusia-nya adalah kekayaan Indonesia yang luar biasa. Pram berhasil membuktikan bahwa melalui tulisan maka seseorang bisa abadi.

"Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari," demikian tulis Pram.

Walaupun Pram sudah tiada, ia pun pernah dipenjara karena dianggap melawan pemerintah, dan karya-karyanya pernah dibredel, namun tulisan-tulisannya membuat dia tetap abadi. Dikenang sepanjang masa. Tubuhnya boleh disemayamkan dalam tanah, namun suaranya melalui tulisan akan terus menggema.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline