Bila ditelisik lebih dalam, ternyata memang benar bahwa faktor penting terjadinya transaksi adalah keinginan, bukan kebutuhan. Keinginan secara diam-diam mendorong manusia untuk lebih konsumtif dari yang pernah dibayangkan. Keinginan terus tumbuh berkembang tanpa batas. Dia tidak pernah mati dan selalu berkecambah.
Kebutuhan manusia sebenarnya tidaklah banyak. Untuk menghilangkan rasa lapar, cukuplah nasi setengah piring dan sepotong lauk bila diperlukan. Akan tetapi, keinginan membuatnya berubah. Untuk menghilangkan lapar membutuhkan nasi setengah piring dengan jenis lauk yang menguras isi kantong.
Di tengah musim kemarau, rasa haus semakin meningkat. Untuk mengobati rasa haus, sebenarnya cukup minum air putih satu gelas. Namun, keinginan mengubahnya menjadi sesuatu yang berbeda. Untuk menghilangkan haus membutuhkan es campur, es teh merk tertentu, es cincau, atau lainnya.
Keinginan memang telah berhasil membuat ekonomi terus berputar. Berbagai produk dan bisnis baru bermunculan. Para pebisnis ingin mendapatkan lebih banyak uang dengan memenuhi keinginan konsumennya. Konsumen memiliki keinginan-keinginan baru yang terus bermunculan.
Meskipun keinginan memiliki fungsi yang baik bagi pergerakan ekonomi, akan tetapi keinginan harus tetap dikendalikan dengan baik. Keinginan yang dibiarkan tumbuh berkembang secara liar akan berdampak negatif bagi seseorang. Secara lebih luas, berdampak negatif terhadap masyarakat.
Keinginan yang berlebihan dapat meningkatkan stres pada seseorang. Pikiran orang yang dipenuhi keinginan akan merasa lebih tertekan dan sulit untuk tidur. Bahkan, lebih buruk lagi bila keinginannya tidak terpenuhi menganggap dirinya minder, gagal, dan putus asa.
Akibat dari keinginan yang tak dikendalikan dengan baik, banyak orang yang terperosok ke jurang judi online, investasi bodong, pinjaman online, dan sebagainya. Bahkan, banyak yang berani melakukan tindakan kriminal demi memenuhi keinginannya.
Orang yang dapat mengendalikan keinginannya akan mampu hidup lebih damai, bersahaja, dan bijaksana. Sebab mereka tidak merasa dikejar apa pun. Dia akan berjalan secara lebih sabar dan tidak terburu-buru. Akan tetapi, bukan berarti dia tidak produktif.
Ada beberapa tips untuk mengendalikan keinginan agar keuangan lebih kuat dan sehat.
Pertama, memilah antara keinginan dan kebutuhan. Seseorang sangat penting mengenali dengan baik mana yang termasuk keinginan dan mana yang termasuk kebutuhan. Setiap orang lapar, butuh makan. Kebutuhannya mungkin cukup satu piring. Namun, ketika mengharuskan diri makan di restoran mewah, tentu itu sudah masuk kategori keinginan.
Contoh lain, setiap orang membutuhkan pakaian. Banyak pakaian yang layak dengan harga standar. Akan tetapi, jika sudah mengharuskan diri untuk membeli pakaian mewah dengan harga selangit, tentu itu sudah masuk ruang keinginan.