Bisa dikatakan, hampir semua orang di masa kini memiliki akun media sosial. Menurut We Are Social (dataindonesia.id, 3/2/2023), jumlah pengguna aktif media sosial di Indonesia sebanyak 167 juta orang pada Januari 2023 atau setara dengan 60,4% dari populasi di dalam negeri.
Mengunjungi medsos setiap hari bagaikan kewajiban yang tidak dapat ditinggalkan. Sehari minimal tiga kali membuka medsos, tapi kebanyakan lebih.
Apa yang disajikan medsos memang acap membuat candu. Tak heran bila banyak orang rela menghabiskan banyak waktunya hanya untuk menyecrol medsos.
Bahkan, tak jarang orang mengabaikan sebuah pertemuan demi mengecek medsos. Raga berhadapan dengan orang lain, namun jiwa berkelana di medsos.
Mayoritas orang mengerti bahwa apa yang disajikan medsos tidak selalu benar. Senyum dan tawa di medsos terkadang bertolak belakang dengan kenyataan. Namun, tetap saja semua itu membuat banyak orang tersihir.
Celakanya, bila medsos dijadikan tolok ukur sebuah kesuksesan, kebahagiaan, atau pencapaian seseorang. Berbagai upaya dilakukan demi meraih pencapaian sebagaimana yang tersaji di medsos.
Sudah banyak korban tindakan kurang etis yang bahkan mengancam keselamatan hanya demi mendapatkan like, komen, atau views. Semakin banyak pula tindakan kurang baik yang dilakukan oleh seseorang hanya karena belajar dari medsos.
Dulu ada pepatah mengatakan, rumput tetangga memang tampak lebih hijau. Kini tetangga tersebut bukan lagi rumah yang berada di dekat rumah kita.
Tetangga itu telah pindah ke handphone yang setiap saat dipegang. Setiap saat orang dapat melihat ribuan tetangga melalui handphone.
Gejala ini tidak perlu dikhawatirkan bila kesadaran diri tetap berdiri tegak dan seimbang. Gejala ini perlu dikhawatirkan bila diam-diam telah meracuni diri sehingga kesadaran pun terkikis. Segala hal dalam kehidupan pribadi diukur dengan sajian-sajian di medsos.