Lihat ke Halaman Asli

syaifullah

Buruh Pensil

Dibayar Tuba

Diperbarui: 9 Juni 2022   12:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kamu sangat mencintainya
Bagai laut pasang menimpali hujan
Meski rasa sayangnya membuncah
Namun kuali hatimu tak pernah tumpah
Ikhlas seluas-luasnya samudra

Suara rintih dari gubuk kayu itu
Melantun pilu di telinga
Mengetuk sisi hati
Sungguh miris sekali
Dan akal sehat seolah berkata inilah saatnya

Mengucur haru tanpa lagi ragu
Berbondong kau mainkan peran pahlawan
Lantas tersadar ketika sesuatu menancap perih
Mengoyak nadi saat tanganmu ulurkan sesuap nasi

Kamu sudah tertipu
Ternyata mereka hanya segerombolan hyena
Menyarukan suara lapar menjadi nada iba
Menyamarkan lemah menjadi fatamorgana
Pedulimu dibayar seringai taring tajam
Tatapan tanpa ekspresi
Juluran lidah
Tetesan air liur
Kuku yang mencabik
Saat melihat dirimu merangkak menuju mati
Kawanan itu bersendawa
Begitu jantungmu lewati keronkongannya

Jakarta, 09 Juni 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline