Lihat ke Halaman Asli

Keyakinan pada Perintah Tuhan

Diperbarui: 26 Juni 2018   18:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosok Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

(Untuk SUMUT 1 BERMARTABAT)

Udara cukup dingin dan langit semakin gelap. Menggoncang perutku usai sholat maghrib yang telat. Tiba-tiba mataku melihat kepul asap putih dari benda yang dibakar. Tidak jauh dari tempatku berada. Disamping bawah menara masjid.

Sepeda motor yang tadi sempat  kunyalakan. Kembali aku matikan. Aku tertarik pada benda itu. Bau harum menyengat hidungku. Menggodaku untuk melangkah mendekat.

"Bang, Tolong satenya 1 di bungkus ya!", kataku kepada penjual sate.

Sekilas ia melihat kearahku, mengganggukkan kepalanya. Kemudian tangannya sigap mengambil beberapa buah tusuk sate dan membakarnya. Sambil menunggu satenya masak dibakar di atas bara api, tangannya kembali sibuk mengupas daun pembungkus lontong dan membelah-belahnya.

Ditengah waktu itu, aku iseng berkata kepadanya,

"Bang, Ingat tanggal 27 nanti!", kataku sambil tersenyum sembari menatapnya.

Aku melihat senyumnya. Dengan tangan yang tak berhenti menyiapkan sate untukku. Ia berbicara membuka suaranya.

"Oh, pasti itu... Saya ingat!" jawabnya dengan senyuman dan melanjutkan kata-katanya.

Tidak ada sepatah kata dariku, Ia harus memilih nomor berapa. Paslon No.1 atau lainnya. Tiba-tiba aku menjadi pendengar yang baik. Aku menganggukkan kepala berkali-kali. Aku tidak menyangka laki-laki berwajah bulat bertubuh gempal itu mampu bercerita. Kata-katanya mengandung makna.

"Tuhan sendiri sudah jelas memerintahkan!"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline