Lihat ke Halaman Asli

Syaiful Anwar

Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Swasembada Industri Pertahanan (92): Teknologi Jaringan Komunikasi Militer

Diperbarui: 18 November 2024   17:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

New World. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Ketahanan dan kemandirian teknologi merupakan isu strategis bagi setiap negara yang ingin menjaga kedaulatan, terutama dalam bidang militer. Teknologi jaringan komunikasi militer, sebagai tulang punggung sistem pertahanan modern, menjadi salah satu elemen yang sangat penting. Indonesia, sebagai negara kepulauan terbesar dengan ancaman keamanan yang kompleks, menghadapi tantangan sekaligus peluang besar untuk mencapai swasembada dalam teknologi ini. Namun, bagaimana sebenarnya peluang tersebut dapat diwujudkan?

Urgensi Swasembada Teknologi Jaringan Komunikasi Militer

Ketergantungan Indonesia terhadap teknologi impor, terutama di sektor militer, menjadi perhatian serius. Sejarah menunjukkan bahwa ketergantungan ini sering kali memunculkan risiko strategis. Misalnya, pada era 1990-an, embargo militer oleh negara-negara Barat membuat Indonesia kesulitan memelihara alutsista (alat utama sistem senjata) yang berasal dari luar negeri. Dalam konteks komunikasi militer, risiko yang sama berlaku: potensi sabotase, penyadapan, atau bahkan pemutusan akses oleh pihak asing dapat mengancam stabilitas nasional.

Kemandirian dalam teknologi jaringan komunikasi militer tidak hanya memastikan keamanan data strategis, tetapi juga memberikan fleksibilitas dalam pengembangan sistem yang sesuai dengan kebutuhan lokal. Misalnya, jaringan komunikasi di Indonesia harus mampu beroperasi dalam kondisi geografis yang beragam, dari hutan tropis hingga lautan luas. Jika teknologi ini sepenuhnya dikembangkan di dalam negeri, adaptasi terhadap kondisi tersebut akan lebih mudah dicapai dibandingkan dengan menggunakan teknologi asing yang sering kali dirancang untuk kebutuhan negara lain.

Peluang dalam Swasembada Teknologi

Indonesia memiliki modal dasar untuk mewujudkan swasembada teknologi jaringan komunikasi militer. Beberapa faktor yang mendukung peluang ini meliputi:

  1. Sumber Daya Manusia (SDM) yang Kompeten
    Kemajuan sektor teknologi di Indonesia didukung oleh pertumbuhan jumlah insinyur dan ahli teknologi informasi yang berkompeten. Perguruan tinggi seperti Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Indonesia (UI), dan lainnya telah meluluskan talenta-talenta unggul di bidang teknologi. Ditambah lagi, pemerintah melalui Kementerian Pertahanan telah menjalin kerja sama dengan lembaga riset untuk mengembangkan teknologi militer berbasis lokal.
  2. Ekosistem Start-Up Teknologi
    Pesatnya pertumbuhan start-up teknologi di Indonesia juga membuka peluang besar untuk inovasi di bidang komunikasi militer. Perusahaan rintisan seperti PT Daya Cipta Mandiri dan PT LEN Industri telah menunjukkan kemampuan dalam mengembangkan produk-produk elektronik canggih, yang dapat diarahkan untuk memenuhi kebutuhan militer. Kolaborasi antara start-up, BUMN, dan TNI dapat mempercepat proses swasembada.
  3. Komitmen Pemerintah terhadap Industri Pertahanan
    Pemerintah Indonesia telah menunjukkan komitmen kuat untuk membangun kemandirian pertahanan melalui kebijakan alih teknologi. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan menjadi landasan hukum untuk mendorong produksi lokal alutsista, termasuk teknologi komunikasi militer. Komitmen ini tercermin dalam proyek-proyek seperti pengembangan satelit militer Garuda-1, yang dirancang untuk mendukung komunikasi pertahanan Indonesia.

Tantangan yang Harus Diatasi

Namun, perjalanan menuju swasembada tidaklah mudah. Ada sejumlah tantangan yang perlu diatasi agar peluang ini dapat terwujud:

  1. Minimnya Infrastruktur Riset
    Meskipun memiliki SDM yang kompeten, infrastruktur riset dan pengembangan di Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara maju. Laboratorium, peralatan, dan fasilitas untuk pengembangan teknologi komunikasi canggih sering kali belum memadai.
  2. Ketergantungan terhadap Komponen Impor
    Banyak komponen elektronik penting, seperti semikonduktor, masih harus diimpor. Ketergantungan ini dapat menghambat proses produksi teknologi militer lokal jika terjadi gangguan pada rantai pasokan global.
  3. Keamanan Cyber dan Ancaman Hybrid
    Teknologi komunikasi militer juga harus mampu menghadapi ancaman cyber yang semakin kompleks. Negara-negara seperti Amerika Serikat dan Rusia telah menginvestasikan miliaran dolar untuk memastikan jaringan komunikasi militernya aman dari serangan cyber. Indonesia perlu mengambil langkah serupa untuk melindungi jaringan komunikasi militer domestik.

Belajar dari Negara Lain

Beberapa negara telah berhasil mencapai swasembada teknologi komunikasi militer, dan Indonesia dapat belajar dari pengalaman mereka.

  1. India
    India telah mengembangkan sistem komunikasi militernya sendiri melalui Defence Research and Development Organisation (DRDO). Salah satu produk unggulannya adalah Tactical Communication System (TCS), yang dirancang untuk memberikan komunikasi aman bagi angkatan bersenjata India. Dengan kebijakan "Make in India," pemerintah India mendorong produksi lokal dengan melibatkan sektor swasta.
  2. Turki
    Turki juga menjadi contoh sukses dalam swasembada teknologi militer. Melalui perusahaan seperti Aselsan dan Havelsan, Turki telah mengembangkan berbagai sistem komunikasi militer yang canggih. Keberhasilan ini tidak terlepas dari investasi besar-besaran dalam riset dan pengembangan serta kebijakan perlindungan pasar lokal.

Langkah Strategis Menuju Swasembada

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline