Kemandirian industri pertahanan merupakan salah satu pilar utama bagi ketahanan nasional. Di tengah kebutuhan yang semakin mendesak untuk menciptakan industri pertahanan yang mandiri, peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) sering kali belum mendapatkan perhatian yang memadai. Padahal, UMKM memiliki potensi besar untuk menjadi elemen pendukung yang signifikan dalam ekosistem pertahanan nasional, baik melalui penyediaan komponen-komponen pendukung, inovasi teknologi, maupun kolaborasi dalam riset dan pengembangan.
Kontribusi UMKM dalam Rantai Pasokan Industri Pertahanan
Dalam industri pertahanan, rantai pasokan yang kuat dan berkelanjutan adalah fondasi utama untuk menghasilkan produk alutsista yang berkualitas. Di sinilah UMKM memiliki peluang untuk berperan, terutama dalam penyediaan komponen-komponen spesifik seperti suku cadang, bahan baku, dan subkomponen yang dibutuhkan oleh perusahaan besar dalam industri pertahanan.
Banyak negara maju telah membuktikan bahwa keberadaan UMKM dalam rantai pasokan industri pertahanan dapat membantu mengurangi ketergantungan terhadap impor komponen dan meningkatkan kecepatan produksi.
Sebagai contoh, di Amerika Serikat, UMKM memainkan peran penting dalam mendukung Departemen Pertahanan melalui penyediaan berbagai komponen, mulai dari perangkat lunak hingga komponen elektronik canggih. UMKM yang memiliki spesialisasi dalam teknologi tertentu, seperti pengelasan presisi, pencetakan 3D, dan pengembangan sensor, mampu memberikan dukungan berharga bagi industri pertahanan tanpa harus bergantung pada pemasok asing.
Di Indonesia, UMKM dapat memberikan kontribusi serupa, terutama dengan meningkatkan kapasitas produksi dalam bidang teknologi manufaktur dan pengolahan material yang berkaitan dengan kebutuhan alutsista. Hal ini tidak hanya mengurangi ketergantungan pada impor, tetapi juga menciptakan peluang lapangan kerja baru yang berdampak pada peningkatan ekonomi nasional secara keseluruhan.
Inovasi dan Teknologi: Kunci Penguatan Peran UMKM
Salah satu cara untuk meningkatkan daya saing UMKM dalam industri pertahanan adalah dengan mengembangkan inovasi dan mengadopsi teknologi canggih. Dengan adopsi teknologi, UMKM dapat meningkatkan efisiensi produksi dan menghasilkan produk dengan kualitas yang lebih tinggi sesuai dengan standar yang diperlukan oleh industri pertahanan.
Teknologi seperti manufaktur aditif, atau pencetakan 3D, adalah contoh yang relevan. Teknologi ini memungkinkan UMKM untuk memproduksi komponen dengan tingkat presisi tinggi yang sesuai dengan spesifikasi industri pertahanan. Selain itu, teknologi ini juga mengurangi limbah material, yang berdampak positif pada biaya produksi. Di negara-negara maju, seperti Jerman, UMKM di sektor pertahanan telah berhasil mengadopsi pencetakan 3D untuk menghasilkan komponen-komponen khusus yang sesuai dengan kebutuhan spesifik militer.
Di Indonesia, potensi penggunaan teknologi serupa di kalangan UMKM sangat besar. Pemerintah dapat memberikan dukungan berupa insentif atau bantuan peralatan untuk memfasilitasi UMKM dalam mengadopsi teknologi tersebut. Hal ini tidak hanya akan meningkatkan kualitas produksi UMKM, tetapi juga memberikan kontribusi besar dalam menciptakan ekosistem industri pertahanan yang mandiri dan tangguh.
Kolaborasi dengan Perusahaan Besar dan Pemerintah