Lihat ke Halaman Asli

Syaiful Anwar

Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Swasembada Industri Pertahanan (1): Transformasi

Diperbarui: 1 November 2024   08:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Transformasi Industri Pertahanan: Mewujudkan Swasembada Nasional di Era Globalisasi

Dalam dunia yang semakin terhubung, kemandirian industri pertahanan menjadi salah satu faktor krusial yang menentukan kedaulatan dan stabilitas sebuah negara, termasuk Indonesia. Di tengah arus globalisasi, Indonesia dihadapkan pada tantangan dan peluang untuk mentransformasi industri pertahanannya agar mampu berdiri di atas kaki sendiri (self-sufficiency) sekaligus bersaing secara global. Perjalanan ini memerlukan strategi yang mendalam dan kolaborasi berbagai sektor, termasuk pemerintah, akademisi, dan industri pertahanan nasional. Dengan memahami perkembangan ini, upaya mewujudkan swasembada nasional menjadi semakin relevan sebagai bentuk ketahanan bangsa di tengah ancaman global dan persaingan geopolitik.

1. Tantangan dan Potensi di Era Globalisasi

Globalisasi membawa dinamika baru dalam dunia pertahanan, di mana teknologi dan informasi bergerak lebih cepat melintasi batas negara. Di satu sisi, keterbukaan ini membuka akses Indonesia terhadap teknologi dan inovasi mutakhir dari negara lain. Namun, ketergantungan pada impor produk pertahanan berisiko mengancam kedaulatan dan ketahanan nasional. Ketergantungan ini menimbulkan kerentanan ketika negara penyedia menerapkan kebijakan pembatasan ekspor atau embargo. Dalam konteks geopolitik yang kompleks, risiko ini dapat membahayakan keamanan Indonesia jika dihadapkan pada situasi yang mengharuskan respons cepat dan independen.

2. Transformasi Teknologi dalam Industri Pertahanan

Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan industri pertahanan dalam negeri yang mandiri melalui adaptasi dan inovasi teknologi. Kemajuan dalam bidang kecerdasan buatan (AI), robotika, drone, dan sistem keamanan siber menjadi bidang yang harus dikuasai jika ingin membangun industri pertahanan yang tangguh. Misalnya, dengan memproduksi sistem kendali rudal yang berbasis AI, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada perangkat impor dan sekaligus meningkatkan daya saing produk dalam negeri.

Namun, adopsi teknologi dalam sektor ini tidak hanya membutuhkan pembiayaan dan tenaga ahli tetapi juga penguatan kapasitas riset dan pengembangan (R&D). Pemerintah, melalui lembaga seperti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), harus memberikan prioritas terhadap riset teknologi pertahanan serta memastikan transfer pengetahuan yang berkelanjutan. Ini juga mencakup kerja sama antara perguruan tinggi dengan industri pertahanan dalam negeri, sehingga inovasi dapat diakselerasi dari hasil-hasil penelitian akademik menuju aplikasi nyata.

3. Pentingnya Ekosistem Industri Pertahanan Terintegrasi

Mewujudkan swasembada nasional tidak hanya berkaitan dengan pengembangan teknologi, tetapi juga mencakup pembangunan ekosistem industri yang mendukung seluruh rantai pasok---dari bahan baku, manufaktur, hingga pengembangan perangkat keras dan perangkat lunak. Saat ini, Indonesia masih bergantung pada bahan baku tertentu dari luar negeri, sehingga membangun industri dasar seperti metalurgi dan komposit sangat diperlukan.

Ekosistem terintegrasi ini tidak hanya melibatkan perusahaan besar, tetapi juga usaha kecil dan menengah (UMKM) yang dapat menjadi bagian dari rantai pasok industri pertahanan. Sebagai contoh, komponen-komponen kecil dalam alat tempur seperti sensor, microchip, dan sistem kabel dapat diproduksi oleh UMKM lokal. Dengan begitu, kemandirian industri pertahanan dapat diperkuat dari level dasar.

4. Strategi Kebijakan Pemerintah untuk Mendukung Swasembada

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline