Lihat ke Halaman Asli

Syaiful Anwar

Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Swasembada, Mutualisme dan Ketergantungan Global

Diperbarui: 30 Oktober 2024   15:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di era modern ini, kemandirian ekonomi menjadi topik penting bagi setiap negara. Krisis global, seperti pandemi COVID-19, ketegangan geopolitik, dan perubahan iklim, memunculkan urgensi bagi negara-negara untuk memperkuat ketahanan ekonomi melalui upaya swasembada. Namun, dalam lanskap ekonomi yang semakin terintegrasi, mengedepankan swasembada tanpa mempertimbangkan kerjasama dan mutualisme global bisa menjadi langkah yang kontraproduktif.

Indonesia, dengan segala potensi sumber daya yang ada, menghadapi pilihan strategis: mengejar swasembada di sektor-sektor vital atau tetap mengandalkan kerjasama internasional yang telah menopang perekonomian nasional. Pertanyaan utama yang muncul adalah bagaimana cara terbaik untuk menyeimbangkan kemandirian nasional dengan ketergantungan global yang terstruktur, serta bagaimana mengoptimalkan mutualisme ekonomi untuk meminimalkan kerentanan.

1. Swasembada: Upaya Mandiri untuk Kemandirian Nasional

Swasembada, dalam konteks ekonomi, mencakup kemampuan suatu negara untuk memenuhi kebutuhan dasarnya tanpa bergantung pada negara lain. Sektor-sektor seperti pangan, energi, dan obat-obatan menjadi target utama untuk mencapai swasembada karena memiliki dampak langsung pada stabilitas nasional.

Keuntungan Swasembada Keuntungan utama dari swasembada adalah stabilitas. Ketika negara mampu memproduksi kebutuhan strategisnya secara mandiri, risiko terhadap fluktuasi harga global dan gangguan rantai pasok internasional menjadi lebih rendah. Misalnya, jika Indonesia berhasil mencapai swasembada pangan, krisis harga pangan global akibat gangguan iklim atau konflik geopolitik tidak akan terlalu berdampak pada masyarakat domestik. Demikian pula dengan swasembada energi; jika Indonesia berhasil memanfaatkan sumber energi terbarukan yang melimpah, ketergantungan pada impor bahan bakar fosil dapat dikurangi secara signifikan.

Tantangan Swasembada Namun, swasembada bukanlah solusi mudah yang dapat dicapai tanpa menghadapi berbagai tantangan. Pertama, investasi yang besar dibutuhkan untuk mengembangkan teknologi dan infrastruktur produksi. Selain itu, ketergantungan pada sumber daya lokal sering kali menimbulkan tantangan keberlanjutan, terutama jika sumber daya tersebut dieksploitasi secara berlebihan. Contohnya adalah pertanian intensif untuk swasembada pangan, yang dapat mengakibatkan degradasi tanah dan krisis air jika tidak diatur dengan bijak.

2. Kerjasama Internasional: Mengatasi Keterbatasan melalui Sinergi Global

Kerjasama ekonomi internasional menjadi pilihan logis bagi banyak negara untuk mengatasi keterbatasan sumber daya mereka. Dengan melakukan kerjasama, Indonesia dapat mengakses teknologi, pengetahuan, dan sumber daya finansial yang dibutuhkan untuk memperkuat sektor-sektor pentingnya.

Manfaat Kerjasama Internasional Kerjasama internasional memungkinkan negara-negara untuk saling melengkapi. Negara yang memiliki teknologi maju dapat membantu negara lain yang kaya akan sumber daya alam tetapi kurang dalam kapasitas produksi. Indonesia, misalnya, dapat bermitra dengan negara-negara yang memiliki keunggulan teknologi pertanian atau energi terbarukan. Dengan demikian, ketergantungan pada pihak asing bukan lagi dilihat sebagai kelemahan, melainkan sebagai cara untuk memperkuat potensi nasional.

Selain itu, kerjasama internasional juga membuka akses ke pasar global. Produk Indonesia, seperti komoditas pertanian dan barang manufaktur, dapat memiliki pangsa pasar yang lebih luas melalui perjanjian perdagangan bebas dan integrasi ekonomi regional. Hal ini tidak hanya meningkatkan devisa negara, tetapi juga memperkuat daya saing produk Indonesia di pasar global.

Risiko dari Ketergantungan Kerjasama Namun, kerjasama internasional bukan tanpa risiko. Ketergantungan yang berlebihan pada negara lain dapat menimbulkan ketidakstabilan ekonomi jika terjadi krisis global atau konflik geopolitik. Contoh nyata adalah ketika krisis pasokan komponen elektronik terjadi akibat gangguan pada rantai pasok global, banyak negara mengalami gangguan produksi di sektor teknologi. Indonesia perlu menyadari bahwa meskipun kerjasama internasional membawa keuntungan, ada risiko yang harus diantisipasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline