Krisis pangan global menjadi salah satu tantangan terbesar di abad ke-21, dan Indonesia tidak luput dari dampak ini.
Jadi dengan populasi yang terus bertambah, perubahan iklim yang mengancam produksi pangan, serta ketergantungan pada impor pangan, Indonesia menghadapi dilema besar dalam menjaga ketahanan pangannya.
Namun, di era Society 5.0, muncul solusi baru yang memungkinkan negara untuk mengatasi masalah ini melalui teknologi yang terintegrasi dengan masyarakat.
Society 5.0, konsep yang diperkenalkan oleh Jepang, menawarkan paradigma baru dalam menjawab tantangan-tantangan sosial dan ekonomi melalui teknologi canggih.
Dalam konsep ini, manusia dan teknologi bekerja sama dalam lingkungan yang saling terhubung, di mana data, kecerdasan buatan (AI), internet of things (IoT), serta sistem robotik diintegrasikan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia.
Konteks krisis pangan, Society 5.0 menawarkan pendekatan baru yang lebih cerdas, efisien, dan berkelanjutan untuk memastikan bahwa kebutuhan pangan dapat terpenuhi bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia.
Transformasi Pertanian dengan Teknologi Canggih
Pertanian tetap menjadi tulang punggung ketahanan pangan Indonesia. Namun, tantangan seperti degradasi lahan, perubahan cuaca, serta inefisiensi rantai pasokan sering kali menghambat peningkatan produksi pangan.
Di era Society 5.0, berbagai inovasi teknologi dapat membantu sektor ini untuk lebih tangguh dan produktif.
1. Pertanian Presisi dengan AI dan IoT