Lihat ke Halaman Asli

Syaiful Anwar

Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Transisi Senyap: Stabilitas atau Apatis?

Diperbarui: 20 Oktober 2024   18:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Transisi pemerintahan sering kali menjadi momen yang penuh dinamika dalam sejarah politik suatu negara. Bagi masyarakat, transisi ini adalah periode harapan baru atau ketidakpastian yang bisa memicu berbagai reaksi, dari euforia hingga protes. Namun, ada situasi di mana transisi pemerintahan terjadi dalam suasana yang relatif tenang, tanpa gelombang protes besar atau keramaian publik yang mencolok. Kondisi ini sering disebut sebagai "transisi senyap." Pertanyaannya adalah, apakah transisi senyap mencerminkan stabilitas politik yang matang, atau justru tanda apatisme masyarakat terhadap pemerintahan?

1. Makna Transisi Senyap

Transisi senyap terjadi ketika peralihan kekuasaan berjalan tanpa gejolak sosial yang signifikan. Tidak ada demonstrasi besar-besaran, tidak ada konflik politik terbuka, dan masyarakat tampak menerima perubahan kekuasaan tanpa perlawanan berarti. Dari sudut pandang politik, ini bisa dianggap sebagai tanda bahwa institusi demokrasi dan mekanisme pemilihan telah berfungsi dengan baik, menciptakan suasana stabil yang mendukung keberlanjutan pemerintahan.

Namun, transisi yang damai juga bisa menjadi tanda apatisme di kalangan masyarakat. Apatisme terjadi ketika masyarakat merasa bahwa perubahan pemerintahan tidak akan membawa dampak signifikan bagi kehidupan mereka sehari-hari. Mereka mungkin merasa tidak berdaya atau tidak percaya bahwa suara mereka dapat mempengaruhi arah kebijakan pemerintah. Dalam kondisi ini, transisi senyap bisa mencerminkan keputusasaan atau ketidakpedulian masyarakat terhadap politik.

2. Transisi Senyap sebagai Tanda Stabilitas

Dari perspektif optimis, transisi senyap bisa dilihat sebagai bukti kematangan demokrasi dan stabilitas politik. Ketika pemilu dan peralihan kekuasaan berjalan lancar, tanpa gejolak atau konflik, itu menunjukkan bahwa sistem politik suatu negara telah bekerja sesuai dengan aturan yang ada. Institusi demokrasi yang kuat, seperti lembaga pemilu, parlemen, dan peradilan, dapat menjaga stabilitas meskipun terjadi pergantian pemimpin.

a. Kepercayaan pada Sistem Politik

Salah satu faktor yang mendorong transisi senyap adalah tingginya kepercayaan masyarakat terhadap sistem politik yang ada. Jika masyarakat merasa yakin bahwa proses pemilihan umum berlangsung adil dan transparan, mereka cenderung menerima hasil pemilu tanpa perlu mengekspresikan ketidakpuasan melalui protes atau aksi massa. Hal ini bisa menjadi tanda bahwa masyarakat memiliki kepercayaan pada mekanisme demokrasi dan stabilitas institusional.

b. Kepuasan terhadap Kebijakan Pemerintah

Stabilitas juga dapat dicapai ketika masyarakat secara umum puas dengan kebijakan pemerintahan sebelumnya dan tidak merasa ada kebutuhan mendesak untuk perubahan besar. Jika kebijakan yang diterapkan dirasakan adil dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, transisi pemerintahan bisa berjalan dengan lancar tanpa adanya tuntutan radikal dari masyarakat. Keberhasilan ekonomi, stabilitas sosial, dan keamanan yang terjaga menjadi faktor yang mendukung terciptanya suasana tenang selama transisi pemerintahan.

c. Peran Media dan Pendidikan Politik

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline