Lihat ke Halaman Asli

Syaiful Anwar

Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Transisi Pemerintahan : Ingar Bingar atau Sunyi Senyap?

Diperbarui: 20 Oktober 2024   13:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: Unsplash

Setiap kali transisi pemerintahan berlangsung, perhatian masyarakat dan media biasanya terarah pada perubahan yang terjadi: wajah-wajah baru di kabinet, kebijakan-kebijakan yang dirancang ulang, hingga harapan terhadap pemerintahan yang baru terpilih. Namun, tidak semua transisi berlangsung sama. Ada kalanya transisi diwarnai oleh hingar bingar politik dan protes sosial, tetapi ada juga masa-masa ketika pergantian kekuasaan berlangsung dalam suasana yang lebih sunyi, hampir tanpa gejolak.

Dalam konteks ini, apakah transisi pemerintahan Indonesia menuju periode baru akan disertai gemuruh atau berjalan senyap? Mari kita telaah lebih lanjut dari perspektif politik, ekonomi, dan sosial.

1. Dinamika Politik: Perebutan Kekuasaan atau Konsolidasi?

Transisi pemerintahan selalu menjadi momen penting dalam politik nasional, karena menandai berakhirnya era lama dan dimulainya era baru. Di negara-negara dengan sistem demokrasi yang matang, proses ini biasanya berjalan damai, mengikuti aturan konstitusi. Namun, di beberapa kasus, transisi bisa penuh ketegangan ketika pihak-pihak yang tidak puas dengan hasil pemilu berusaha menolak atau menunda pergantian kekuasaan.

Di Indonesia, transisi pemerintahan seringkali berlangsung dalam suasana yang demokratis, meski diwarnai oleh tensi politik. Pertanyaan yang muncul adalah, apakah transisi pemerintahan kali ini akan diiringi oleh kegaduhan politik? Atau sebaliknya, akankah ada konsolidasi yang damai, dengan elite politik yang menerima hasil pemilihan dan bekerja sama untuk memperkuat stabilitas negara?

Faktor-faktor seperti kondisi ekonomi, isu-isu sentral seperti korupsi, reformasi hukum, hingga perbedaan ideologi antarpartai politik, dapat mempengaruhi apakah transisi ini akan berisik atau tenang. Jika partai oposisi kuat dan suara ketidakpuasan publik meningkat, transisi bisa saja terjadi dengan penuh suara protes. Namun, jika partai pemenang berhasil merangkul lawan-lawan politik dan mengonsolidasikan dukungan publik, transisi mungkin akan berlangsung lebih damai dan senyap.

2. Perubahan Ekonomi: Harapan Baru atau Kekhawatiran?

Salah satu elemen penting dalam setiap transisi pemerintahan adalah dampaknya terhadap ekonomi. Investor, pelaku bisnis, dan masyarakat umum biasanya memiliki ekspektasi yang besar terhadap presiden dan kabinet baru, terutama terkait dengan kebijakan ekonomi. Kebijakan fiskal, moneter, serta arah pembangunan ekonomi menjadi sorotan, dan keputusan yang diambil dalam masa transisi sering kali menentukan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

Namun, perubahan kabinet bisa menimbulkan ketidakpastian, terutama jika ada sinyal pergeseran kebijakan yang signifikan. Transisi yang diwarnai oleh ketidakpastian ini bisa memicu "hingar bingar" di pasar, seperti gejolak di sektor investasi atau fluktuasi nilai tukar mata uang. Misalnya, perubahan radikal dalam kebijakan subsidi, reformasi perpajakan, atau keputusan untuk memperketat atau melonggarkan peraturan perdagangan bisa menciptakan reaksi kuat dari pelaku pasar.

Sebaliknya, jika presiden dan kabinet baru mampu menunjukkan konsistensi dan kejelasan dalam rencana ekonomi mereka, serta meyakinkan investor dan publik bahwa arah kebijakan tetap stabil, maka transisi ini bisa berlangsung lebih tenang. Pengalaman beberapa negara menunjukkan bahwa stabilitas ekonomi sering kali bergantung pada bagaimana transisi kekuasaan ditangani dengan hati-hati, tanpa menimbulkan kegaduhan yang tidak perlu.

3. Harapan Masyarakat: Euforia atau Keheningan?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline