Lihat ke Halaman Asli

Syaiful Anwar

Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Dari Infrastruktur ke Manufaktur

Diperbarui: 18 Oktober 2024   20:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sektor manufaktur memainkan peran penting dalam perkembangan ekonomi global, termasuk di Indonesia. Dalam beberapa dekade terakhir, industri manufaktur telah menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi di banyak negara. Namun, di era ketika isu keberlanjutan menjadi semakin krusial, pertanyaan yang muncul adalah: apakah manufaktur dapat tetap menjadi kunci pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan? Untuk memahami hal ini, kita harus menggali lebih dalam mengenai bagaimana sektor ini dapat beradaptasi dan berkembang di tengah tantangan ekonomi, sosial, dan lingkungan yang terus berubah.

Manufaktur sebagai Pendorong Pertumbuhan Ekonomi

Sejarah telah menunjukkan bahwa transformasi ekonomi dari sektor agrikultur menuju sektor manufaktur merupakan langkah penting dalam proses industrialisasi. Negara-negara yang telah mencapai tingkat kemakmuran yang lebih tinggi umumnya telah melewati fase industrialisasi yang kuat. Manufaktur memungkinkan negara-negara untuk menciptakan nilai tambah dari sumber daya alam, mengembangkan basis teknologi, dan menciptakan lapangan pekerjaan dalam skala besar.

Dalam konteks Indonesia, sektor manufaktur telah menjadi kontributor utama terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), sektor ini menyumbang sekitar 20% dari PDB Indonesia pada tahun 2023. Manufaktur juga merupakan sektor yang memberikan lapangan pekerjaan bagi jutaan orang, baik di industri besar maupun kecil dan menengah (UKM). Dengan demikian, pertumbuhan sektor manufaktur sangat erat kaitannya dengan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat.

Namun, tantangan baru muncul ketika dunia menghadapi krisis lingkungan dan perubahan iklim. Di tengah tekanan global untuk mengurangi emisi karbon dan melindungi lingkungan, sektor manufaktur dihadapkan pada tuntutan untuk bertransformasi menjadi lebih ramah lingkungan. Inilah yang mendorong munculnya konsep pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, di mana pembangunan ekonomi tidak hanya dilihat dari sisi pertumbuhan angka, tetapi juga dari dampaknya terhadap lingkungan dan kesejahteraan sosial.

Tantangan Keberlanjutan dalam Sektor Manufaktur

Meskipun sektor manufaktur merupakan mesin pertumbuhan yang kuat, ia juga memiliki catatan panjang sebagai salah satu sektor yang paling merusak lingkungan. Penggunaan energi yang intensif, polusi udara dan air, serta produksi limbah yang tinggi adalah beberapa tantangan besar yang dihadapi industri manufaktur. Di era modern ini, tuntutan untuk meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan tidak bisa lagi diabaikan.

Di Indonesia, sejumlah sektor manufaktur seperti tekstil, otomotif, dan elektronik telah diidentifikasi sebagai penghasil emisi karbon yang signifikan. Pemerintah dan pelaku industri dihadapkan pada tantangan untuk menyeimbangkan kebutuhan produksi dengan upaya mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan, transformasi dalam proses produksi menjadi suatu keharusan.

Transformasi hijau di sektor manufaktur dapat mencakup berbagai upaya, mulai dari peningkatan efisiensi energi, penggunaan bahan baku ramah lingkungan, hingga penerapan teknologi bersih. Konsep circular economy atau ekonomi sirkular, di mana limbah dari satu proses produksi dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk proses lain, juga semakin mendapatkan perhatian. Selain itu, adopsi teknologi digital, seperti Internet of Things (IoT) dan kecerdasan buatan (AI), dapat membantu meningkatkan efisiensi dan mengurangi jejak karbon di sektor manufaktur.

Inovasi dalam Manufaktur untuk Pertumbuhan Berkelanjutan

Salah satu cara sektor manufaktur dapat menjadi kunci bagi pertumbuhan ekonomi berkelanjutan adalah dengan inovasi teknologi. Teknologi manufaktur canggih, seperti manufaktur aditif (3D printing), robotik, dan automasi, telah terbukti dapat meningkatkan efisiensi produksi, mengurangi penggunaan energi, dan meminimalkan limbah. Selain itu, teknologi ini juga memungkinkan proses produksi yang lebih fleksibel dan adaptif, sehingga produsen dapat merespons perubahan permintaan pasar dengan lebih cepat dan efisien.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline