Lihat ke Halaman Asli

Syaiful Anwar

Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Diamong Wedding Opa Tjiptadinata Effendi dan Oma Roselina Tjiptadinata, Cahaya di Usia Indah

Diperbarui: 10 Oktober 2024   20:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Roman. Sumber ilustrasi: pixabay.com/qrzt

Naskah Teater: "Cahaya di Usia Indah"

Tema: Diamond Wedding Opa Tjiptadinata Effendi dan Oma Roselina Tjiptadinata

Tokoh:

  1. Opa Tjiptadinata Effendi -- Pria tua yang bijak, berusia 85 tahun, membawa ketenangan dalam setiap kata.
  2. Oma Roselina Tjiptadinata -- Istri yang lembut namun penuh dengan kekuatan batin, berusia 82 tahun.
  3. Sari -- Putri mereka, berusia 50 tahun, tengah merenungi kehidupan dan warisan cinta orang tuanya.
  4. Bagas -- Cucu mereka, pemuda berusia 25 tahun, dalam pencarian makna hidup dan cinta sejati.
  5. Narator -- Suara yang hadir sebagai jiwa dari kenangan, memandu dengan untaian kata puitis.

Setting: Sebuah ruang keluarga klasik, di mana aroma kenangan memenuhi udara. Dinding-dindingnya dihiasi foto keluarga dari masa ke masa, dengan cahaya lampu remang, menciptakan suasana intim. Sebuah kursi goyang di sudut ruangan, di mana Opa sering duduk. Sebuah piano tua yang pernah dimainkan Oma di hari-hari yang penuh kegembiraan.

Adegan 1: Kilau Senja di Mata Opa

(Lampu perlahan menyala, memperlihatkan Opa Tjiptadinata Effendi duduk di kursi goyang. Di depannya, meja kecil dengan dua cangkir teh yang mengepul. Oma Roselina duduk di sofa, memandang Opa dengan senyuman tenang. Sari berdiri di dekat jendela, memperhatikan cahaya senja yang masuk dari celah tirai. Bagas duduk di lantai, menatap Opa penuh rasa ingin tahu. Narator berdiri di sisi panggung, membuka kisah dengan suara lembut dan puitis.)

Narator: Dalam kilau senja yang mulai meredup,
Ada cinta yang tak pernah pudar.
Cinta yang telah berjalan melewati badai,
Namun tetap teguh, tetap menyala,
Seperti cahaya di ujung hari.

Sari (dengan nada renungan, mendekat ke jendela): "Ayah, Ibu, sering aku bertanya-tanya, bagaimana cinta bisa bertahan begitu lama? Apa rahasia di balik keabadian ini?"

Opa Tjiptadinata (tersenyum tipis, pandangannya penuh ketenangan): "Rahasia, Sari? Tidak ada rahasia. Cinta itu seperti mentari di senja hari. Kau tahu ia akan tenggelam, tapi kehangatannya tak pernah benar-benar hilang. Cinta kami telah melalui masa-masa sulit, tapi kami selalu menemukan jalan untuk kembali satu sama lain."

Oma Roselina (mengangguk pelan, memandang Sari dengan tatapan penuh kasih): "Tidak semua hari dipenuhi sinar terang, Sari. Ada masa-masa ketika awan menutupi langit, ketika hujan turun tanpa henti. Tapi itulah cinta. Ia bukan tentang kesempurnaan, melainkan tentang kebersamaan, bahkan dalam kegelapan."

Bagas (masih duduk di lantai, suaranya lirih): "Tapi, Opa, bagaimana mungkin cinta bertahan sedemikian lama? Di zaman sekarang, segalanya tampak rapuh. Aku merasa cinta itu mudah terpecah."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline