Lihat ke Halaman Asli

Syaiful Anwar

Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Diamond Wedding Opa Tjiptadinata Effendi dan Oma Roselina Tjiptadinata: Berlian yang Tidak Pecah

Diperbarui: 10 Oktober 2024   17:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Roman. Sumber ilustrasi: pixabay.com/qrzt

Naskah Teater: "Berlian yang Tidak Pecah"

Tema: Diamond Wedding Opa Tjiptadinata Effendi dan Oma Roselina Tjiptadinata

Tokoh:

  1. Opa Tjiptadinata Effendi -- Seorang pria bijak, berusia 85 tahun, dengan hati yang besar dan penuh kasih.
  2. Oma Roselina Tjiptadinata -- Istrinya, berusia 82 tahun, lemah lembut namun kuat dalam menjalani kehidupan.
  3. Raka -- Cucu sulung mereka, seorang pemuda berusia 30 tahun, sedang mencari makna dalam cinta dan kehidupan.
  4. Intan -- Putri mereka, berusia 50 tahun, seorang wanita karier yang sedang mempertanyakan jalan hidupnya.
  5. Narator -- Suara puitis yang memandu cerita, kadang muncul sebagai bayangan dari kenangan masa lalu.

Setting: Sebuah ruang tamu yang hangat dan penuh kenangan, dengan foto-foto keluarga tergantung di dinding, dan sebuah kursi goyang tua di sudut ruangan. Di tengah ruangan, sebuah meja bundar dengan taplak berenda, di atasnya terletak kotak perhiasan yang terbuka, memperlihatkan berlian indah yang berkilau.

Adegan 1: Kilasan Waktu

(Lampu menyala pelan, menunjukkan Opa Tjiptadinata Effendi sedang duduk di kursi goyangnya. Di sampingnya, Oma Roselina duduk dengan tenang di kursi berlapis beludru. Raka dan Intan berdiri di belakang mereka, dengan wajah serius. Narator berdiri di sisi panggung, mulai berbicara dengan nada puitis.)

Narator: Dalam riak waktu, di ujung usia yang senja,
Tersembunyi kisah cinta yang tak retak oleh badai.
Berlian ini, bukan sekadar permata,
Ia adalah hati yang ditempa oleh api dan sabar,
Tersimpan dalam kenangan, tak pernah pudar.

(Narator berjalan ke arah kotak perhiasan, lalu berhenti dan menatap berlian yang terletak di dalamnya.)

Narator: Lihatlah permata ini,
Ia bersinar, meski telah menempuh jalan panjang,
Dan dalam kilaunya, ada cerita yang tersembunyi,
Cerita tentang dua jiwa yang berpadu,
Tak pernah retak, meski waktu mencoba merenggut.

Intan (mendekati meja, melihat berlian): "Ibu, Ayah, apa yang membuat berlian ini begitu berharga? Apakah ini karena harganya yang tinggi atau karena usianya yang panjang?"

Opa Tjiptadinata (tersenyum tipis, memandang Intan): "Tidak, Nak. Berlian ini tidak berharga karena apa yang terlihat dari luar, tetapi karena apa yang ia lalui. Batu mentah, dipahat oleh waktu, diukir oleh tangan alam, dan ditekan dengan kekuatan yang luar biasa. Begitulah cintamu akan diuji."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline