Lihat ke Halaman Asli

Syaiful Anwar

Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Ekonomi di Era Presidensial Prabowo: Reformasi Agraria sebagai Solusi Ketimpangan Sosial

Diperbarui: 8 Oktober 2024   08:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: Unsplash

Reformasi agraria telah lama menjadi topik hangat dalam diskursus pembangunan ekonomi Indonesia. Sebagai negara yang didominasi oleh sektor agraris, Indonesia masih menghadapi masalah mendasar dalam distribusi lahan yang tidak merata. Ketimpangan sosial dan ekonomi yang diakibatkan oleh distribusi lahan yang timpang menjadi salah satu hambatan terbesar dalam mencapai keadilan sosial. Di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, wacana reformasi agraria semakin mengemuka sebagai salah satu agenda prioritas untuk mengatasi ketimpangan tersebut.

Dalam konteks ini, pertanyaan kunci yang muncul adalah bagaimana kebijakan reformasi agraria di bawah kepemimpinan Prabowo dapat menjadi solusi efektif untuk mengurangi ketimpangan sosial di Indonesia? Apakah reformasi agraria ini mampu mendorong pemerataan ekonomi dan membawa manfaat nyata bagi masyarakat kecil, terutama petani yang selama ini menjadi korban ketimpangan?

Tantangan Ketimpangan Penguasaan Lahan di Indonesia

Ketimpangan penguasaan lahan di Indonesia sudah berlangsung sejak era kolonial. Data menunjukkan bahwa sebagian besar lahan produktif di Indonesia dikuasai oleh sekelompok kecil elite, sementara mayoritas petani hanya memiliki akses terhadap lahan yang sangat terbatas. Sebagian besar petani di pedesaan mengandalkan lahan yang kecil dan kurang subur, yang membuat mereka sulit untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan.

Ketimpangan ini semakin parah dengan adanya praktik-praktik penguasaan lahan oleh korporasi besar, baik domestik maupun asing. Kehadiran perusahaan perkebunan dan industri ekstraktif sering kali mengambil alih lahan yang sebelumnya dikelola oleh petani kecil atau masyarakat adat, sehingga memperdalam ketidakadilan sosial di tingkat lokal.

Selain itu, akses terhadap lahan yang sempit juga berkontribusi terhadap kemiskinan di pedesaan. Petani dengan lahan kecil sering kali tidak memiliki cukup modal atau sumber daya untuk meningkatkan produktivitas pertanian mereka. Sebagai akibatnya, pendapatan mereka tetap rendah dan ketergantungan pada sektor non-pertanian seperti buruh migran atau pekerjaan serabutan semakin meningkat.

Agenda Reformasi Agraria di Era Prabowo

Pemerintahan Presiden Prabowo diharapkan menjadikan reformasi agraria sebagai salah satu agenda strategis untuk mengatasi ketimpangan sosial di Indonesia. Salah satu poin utama dari reformasi agraria adalah redistribusi lahan kepada petani kecil, masyarakat adat, dan kelompok marjinal lainnya yang selama ini terpinggirkan dalam akses terhadap lahan.

Kebijakan redistribusi lahan ini diharapkan akan memberikan kepastian hukum bagi petani kecil dan masyarakat adat dalam pengelolaan lahan. Dengan kepemilikan lahan yang jelas, petani diharapkan dapat mengoptimalkan penggunaan lahan tersebut untuk meningkatkan produktivitas pertanian, yang pada akhirnya akan berdampak positif terhadap peningkatan kesejahteraan mereka.

Dalam hal ini, Prabowo berkomitmen untuk mempercepat proses sertifikasi lahan bagi petani kecil. Sertifikat tanah bukan hanya memberikan legalitas formal atas hak penguasaan lahan, tetapi juga dapat digunakan sebagai aset ekonomi yang berpotensi meningkatkan akses petani terhadap sumber pembiayaan formal. Ini berarti petani dapat menggunakan sertifikat tanah mereka sebagai jaminan untuk mendapatkan kredit dari lembaga keuangan guna meningkatkan skala usaha pertanian mereka.

Namun, kebijakan reformasi agraria yang berhasil bukan hanya soal redistribusi lahan, melainkan juga menyangkut bagaimana lahan tersebut dikelola secara produktif dan berkelanjutan. Untuk itu, pemerintahan Prabowo harus merancang kebijakan yang komprehensif, yang tidak hanya berfokus pada pemberian lahan, tetapi juga mencakup program-program pendukung, seperti penyediaan teknologi pertanian, akses ke pasar, pelatihan keterampilan, dan dukungan pembiayaan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline