Lihat ke Halaman Asli

Syaiful Anwar

Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Robohisasi dan Banjir

Diperbarui: 27 September 2024   16:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di tengah era industrialisasi yang pesat dan kebutuhan akan lahan yang terus meningkat, fenomena robohisasi lahan hutan menjadi masalah serius yang mengancam keseimbangan ekosistem. Penebangan liar tidak hanya berakibat pada hilangnya flora dan fauna, tetapi juga memiliki dampak besar pada kondisi lingkungan yang dapat memicu bencana alam, terutama banjir. Hubungan antara deforestasi dan meningkatnya risiko banjir menjadi isu yang patut mendapat perhatian, mengingat dampaknya yang merugikan bagi masyarakat dan ekosistem.

Deforestasi sebagai Penyebab Utama

Deforestasi, atau penghilangan hutan secara besar-besaran, secara langsung mengubah pola tata air dan meningkatkan kerentanan terhadap bencana. Hutan berfungsi sebagai penyerap air dan pengatur aliran sungai. Ketika pohon-pohon ditebang, kemampuan tanah untuk menyerap air berkurang drastis. Air hujan yang seharusnya diserap oleh vegetasi akan mengalir langsung ke sungai dan saluran drainase, meningkatkan volume aliran air dengan cepat. Akibatnya, wilayah yang sebelumnya tidak rawan banjir menjadi terancam oleh genangan yang merusak.

Studi menunjukkan bahwa penebangan liar yang tidak terkendali, terutama di daerah hulu sungai, berkontribusi signifikan terhadap peningkatan frekuensi dan intensitas banjir. Ketika hutan hilang, tanah yang seharusnya menyerap air hujan menjadi kering dan tidak mampu menampung air dengan baik. Hal ini menyebabkan limpasan air yang lebih tinggi, yang pada gilirannya memperbesar risiko banjir.

Dampak Sosial dan Ekonomi

Banjir yang dipicu oleh robohisasi bukan hanya masalah lingkungan, tetapi juga krisis sosial dan ekonomi. Masyarakat yang tinggal di daerah yang terkena dampak sering kali kehilangan tempat tinggal, mata pencaharian, dan akses terhadap layanan dasar. Infrastruktur yang rusak akibat banjir juga menambah beban ekonomi yang harus ditanggung oleh pemerintah dan masyarakat. Selain itu, biaya pemulihan pasca-banjir dapat menjadi sangat tinggi, menguras sumber daya yang seharusnya digunakan untuk pembangunan berkelanjutan.

Di Indonesia, daerah yang terkena dampak parah akibat penebangan liar dan banjir sering kali adalah komunitas yang sudah rentan. Masyarakat pedesaan yang bergantung pada pertanian dan sumber daya alam lainnya sering kali menjadi korban utama. Banjir yang menghancurkan ladang pertanian mereka berpotensi menyebabkan ketahanan pangan terganggu, yang dapat memicu kemiskinan dan ketidakstabilan sosial.

Solusi Berkelanjutan untuk Mengatasi Masalah

Untuk memerangi masalah ini, langkah-langkah konkret dan berkelanjutan harus diambil. Pertama, penegakan hukum yang lebih ketat terhadap praktik penebangan liar sangat penting. Pemerintah perlu meningkatkan pengawasan dan memberikan sanksi tegas bagi pelanggar hukum yang merusak hutan secara ilegal. Selain itu, program reboisasi dan rehabilitasi lahan kritis harus didorong untuk memulihkan fungsi hutan dalam menyerap air.

Kedua, pendidikan dan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya hutan dan dampak deforestasi perlu ditingkatkan. Melibatkan masyarakat lokal dalam upaya pelestarian hutan dapat menciptakan rasa memiliki yang lebih besar dan mendorong tindakan positif dalam menjaga lingkungan. Dengan melibatkan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam, kita dapat menciptakan model keberlanjutan yang menguntungkan bagi semua pihak.

Ketiga, pengembangan infrastruktur yang ramah lingkungan juga harus menjadi fokus. Sistem drainase yang baik dan berkelanjutan, bersama dengan penggunaan teknik pertanian yang tidak merusak lingkungan, dapat membantu mengurangi risiko banjir. Dengan memadukan pendekatan teknologi dan tradisional, kita dapat menciptakan solusi yang lebih efektif untuk mengatasi masalah ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline