Lihat ke Halaman Asli

Syaiful Anwar

Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Sistem Ekonomi Indonesia (118) : Pengaruh Teknologi.

Diperbarui: 8 September 2024   05:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Faktor Teknologi dalam Membedakan Sistem Ekonomi di Negara Maju dan Berkembang

Perkembangan teknologi adalah salah satu elemen paling krusial yang membedakan antara negara maju dan negara berkembang dalam konteks ekonomi. Teknologi tidak hanya mempengaruhi cara suatu negara memproduksi barang dan jasa, tetapi juga membentuk struktur pasar, efisiensi kerja, dan kemampuan inovasi. Di era Revolusi Industri 4.0, perbedaan akses terhadap teknologi ini semakin menonjol. Negara maju, seperti Amerika Serikat, Jerman, dan Jepang, memimpin dalam penerapan teknologi canggih. Sementara itu, negara berkembang, termasuk Indonesia, masih tertinggal dalam memanfaatkan potensi teknologi secara optimal.

Peran Teknologi dalam Sistem Ekonomi Negara Maju

Negara maju telah lama menjadi pionir dalam pengembangan teknologi baru. Di negara-negara ini, teknologi tidak hanya dilihat sebagai alat produksi, tetapi juga sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi. Menurut teori pertumbuhan endogen yang dikembangkan oleh Paul Romer (1990), inovasi teknologi merupakan salah satu faktor utama yang mendorong pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Romer menyatakan bahwa investasi dalam penelitian dan pengembangan (R&D) serta sumber daya manusia berkualitas akan menghasilkan peningkatan produktivitas dan daya saing ekonomi.

Di negara maju, teknologi tidak hanya diintegrasikan dalam proses produksi, tetapi juga merambah ke sektor jasa dan informasi. Contoh paling jelas adalah sektor teknologi informasi (TI) di Amerika Serikat yang mendominasi dunia melalui perusahaan-perusahaan besar seperti Google, Apple, dan Microsoft. Inovasi-inovasi teknologi ini menciptakan ekosistem ekonomi yang memungkinkan produksi lebih efisien, distribusi lebih cepat, dan layanan lebih personalisasi. Penggunaan kecerdasan buatan (AI), otomatisasi, dan Internet of Things (IoT) telah mempercepat perubahan industri di negara-negara ini.

Jika dibandingkan dengan negara berkembang, negara maju memiliki infrastruktur teknologi yang lebih baik, akses yang lebih luas ke pendidikan berkualitas, serta dukungan pemerintah yang kuat dalam mendorong inovasi. Hal ini terlihat jelas dalam pengeluaran negara maju untuk R&D, yang sering kali mencapai lebih dari 2% dari Produk Domestik Bruto (PDB), seperti yang terjadi di Jerman dan Korea Selatan (World Bank, 2020). Dukungan ini memungkinkan terciptanya ekosistem inovasi yang saling terhubung antara industri, universitas, dan pemerintah, yang menjadi fondasi bagi keberlanjutan pertumbuhan ekonomi berbasis teknologi.

Keterbatasan Teknologi di Negara Berkembang

Di sisi lain, negara berkembang seperti Indonesia sering kali menghadapi tantangan besar dalam memanfaatkan teknologi untuk mendukung sistem ekonomi mereka. Salah satu perbedaan mencolok adalah keterbatasan dalam hal infrastruktur teknologi. Menurut teori dependensi yang dikemukakan oleh Andre Gunder Frank (1966), negara-negara berkembang sering kali berada dalam posisi yang terpinggirkan dalam sistem ekonomi global, di mana mereka lebih banyak bergantung pada teknologi yang diimpor dari negara maju. Ketergantungan ini menciptakan jurang ketimpangan yang semakin lebar antara negara maju dan negara berkembang.

Infrastruktur teknologi di negara berkembang masih terbatas, terutama di kawasan pedesaan. Meskipun ada beberapa perkembangan dalam adopsi teknologi digital, seperti meningkatnya jumlah pengguna internet dan ponsel pintar, pemanfaatan teknologi canggih seperti AI, otomatisasi, dan robotika masih sangat terbatas. Akses terhadap teknologi mutakhir biasanya hanya dimiliki oleh perusahaan besar di kota-kota besar, sementara sektor UMKM dan masyarakat di wilayah terpencil belum memiliki akses yang sama.

Keterbatasan ini sering kali diakibatkan oleh kurangnya investasi dalam pendidikan dan R&D. Indonesia, misalnya, hanya mengalokasikan sekitar 0,2% dari PDB untuk R&D, jauh di bawah negara-negara maju (World Bank, 2020). Selain itu, rendahnya kualitas pendidikan di bidang sains dan teknologi juga menjadi kendala utama. Kurangnya tenaga kerja yang terampil dalam bidang teknologi membuat negara berkembang sulit berkompetisi dalam industri global yang semakin didorong oleh inovasi teknologi.

Teknologi dan Efisiensi Ekonomi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline