Lihat ke Halaman Asli

Syaiful Anwar

Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Sistem Ekonomi Indonesia (114): Kebijakan Fiskal dan Moneter yang Berbeda

Diperbarui: 7 September 2024   16:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

 Kebijakan Fiskal dan Moneter: Mengapa Setiap Negara Memiliki Pendekatan Berbeda?

Kebijakan fiskal dan moneter adalah dua alat utama yang digunakan pemerintah dan bank sentral untuk mengatur perekonomian. Meskipun tujuannya umum, yaitu untuk menstabilkan perekonomian dan mendorong pertumbuhan, pendekatan yang diambil oleh setiap negara bisa sangat berbeda.

Kebijakan Fiskal dan Moneter: Definisi dan Tujuan

Kebijakan fiskal merujuk pada penggunaan pengeluaran pemerintah dan perpajakan untuk mempengaruhi perekonomian. Melalui kebijakan fiskal, pemerintah dapat menambah atau mengurangi belanja negara serta mengubah tarif pajak untuk mencapai tujuan-tujuan ekonomi tertentu, seperti pengurangan pengangguran atau pengendalian inflasi (Mankiw, 2014).

Di sisi lain, kebijakan moneter adalah kebijakan yang diambil oleh bank sentral untuk mengontrol jumlah uang yang beredar dan tingkat suku bunga. Tujuan utama kebijakan moneter adalah menjaga stabilitas harga dan mendukung pertumbuhan ekonomi melalui pengaturan likuiditas di pasar (Bernanke, 2006).

Perbedaan Pendekatan: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Setiap negara memiliki karakteristik ekonomi, sosial, dan politik yang berbeda, yang mempengaruhi pendekatan mereka terhadap kebijakan fiskal dan moneter. Beberapa faktor kunci yang menjelaskan perbedaan ini meliputi:

  1. Struktur Ekonomi dan Tahap Pembangunan

Negara-negara dengan tingkat perkembangan ekonomi yang berbeda akan memiliki kebutuhan dan tantangan yang berbeda pula. Negara maju biasanya memiliki kapasitas fiskal yang lebih besar dan lebih stabil, sehingga mereka dapat mengimplementasikan kebijakan fiskal yang lebih beragam. Sebaliknya, negara berkembang mungkin lebih bergantung pada bantuan internasional dan memiliki keterbatasan dalam kebijakan fiskal mereka (Rodrik, 2008).

Misalnya, negara seperti Jepang dan Jerman, yang merupakan ekonomi maju, cenderung fokus pada kebijakan moneter untuk mengatasi inflasi dan menjaga kestabilan harga. Mereka dapat melakukan ini karena mereka memiliki sistem fiskal yang relatif stabil dan pendapatan negara yang tinggi. Sebaliknya, negara-negara berkembang seperti Indonesia dan Brasil mungkin perlu menggunakan kebijakan fiskal yang lebih agresif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan mengurangi kemiskinan (Khan et al., 2019).

  1. Kondisi Ekonomi dan Stabilitas Makroekonomi

Kondisi ekonomi global dan domestik memainkan peran besar dalam menentukan pendekatan kebijakan. Negara yang menghadapi inflasi tinggi mungkin akan lebih fokus pada kebijakan moneter ketat untuk mengendalikan harga, sementara negara yang mengalami resesi mungkin akan lebih menekankan pada kebijakan fiskal ekspansif untuk merangsang pertumbuhan (Blanchard, 2017).

Contohnya, negara-negara yang mengalami krisis utang, seperti Yunani selama krisis utang Eropa, sering kali dipaksa untuk mengadopsi kebijakan fiskal yang ketat sebagai syarat dari bailout internasional. Sebaliknya, negara-negara dengan perekonomian stabil dan rendah utang mungkin dapat melakukan lebih banyak pelonggaran fiskal tanpa khawatir akan dampak jangka panjang terhadap stabilitas ekonomi (Alesina & Ardagna, 2010).

  1. Sistem Politik dan Kelembagaan
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline