Lihat ke Halaman Asli

Syaiful Anwar

Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Sistem Ekonomi Indonesia (56), Navigasi Bank Sentral

Diperbarui: 22 Agustus 2024   07:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Kebijakan Moneter dan Stabilitas Ekonomi: Bagaimana Bank Indonesia Menavigasi Tantangan

Kebijakan moneter memiliki peran yang sangat krusial dalam menjaga stabilitas ekonomi suatu negara. Di Indonesia, peran ini diemban oleh Bank Indonesia (BI) sebagai bank sentral. Bank Indonesia bertanggung jawab untuk memastikan stabilitas harga, nilai tukar rupiah, dan stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan. Dalam menghadapi dinamika ekonomi global dan domestik, BI sering kali dihadapkan pada berbagai tantangan yang kompleks.

Peran Kebijakan Moneter dalam Perekonomian

Kebijakan moneter adalah alat utama yang digunakan oleh bank sentral untuk mengatur jumlah uang beredar di ekonomi serta mengontrol suku bunga guna mencapai stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Ada tiga instrumen utama kebijakan moneter yang digunakan oleh Bank Indonesia: operasi pasar terbuka, suku bunga acuan, dan pengaturan cadangan wajib minimum bagi bank-bank komersial.

Bank Indonesia biasanya menetapkan kebijakan moneter dengan mempertimbangkan dua tujuan utama, yaitu menjaga stabilitas inflasi dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Inflasi yang terlalu tinggi dapat menggerus daya beli masyarakat, sementara inflasi yang terlalu rendah dapat menjadi indikator lemahnya permintaan agregat. Di sisi lain, stabilitas nilai tukar rupiah penting untuk menjaga kepercayaan investor dan meminimalkan volatilitas dalam pasar keuangan.

Tantangan dalam Menjaga Stabilitas Ekonomi

Dalam menjaga stabilitas ekonomi, Bank Indonesia menghadapi berbagai tantangan yang bersifat internal maupun eksternal. Tantangan eksternal terutama datang dari kondisi ekonomi global, seperti fluktuasi harga komoditas, perubahan kebijakan moneter di negara maju, dan ketidakpastian geopolitik. Misalnya, ketika Amerika Serikat menaikkan suku bunga, arus modal cenderung bergerak keluar dari pasar negara berkembang seperti Indonesia, yang dapat menyebabkan tekanan terhadap nilai tukar rupiah.

Selain itu, tantangan domestik seperti volatilitas harga pangan, perubahan kebijakan fiskal, dan dinamika pasar tenaga kerja juga mempengaruhi keputusan kebijakan moneter. Inflasi yang dipicu oleh kenaikan harga energi atau pangan menjadi salah satu masalah yang sering kali dihadapi oleh BI. Situasi ini menuntut BI untuk menyeimbangkan kebijakan antara menjaga inflasi tetap terkendali dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Respons Bank Indonesia terhadap Krisis Global

Salah satu momen penting dalam sejarah kebijakan moneter di Indonesia adalah respons terhadap krisis keuangan global 2008. Ketika krisis tersebut melanda, banyak negara, termasuk Indonesia, mengalami guncangan dalam sistem keuangan mereka. Bank Indonesia pada saat itu mengambil langkah-langkah yang cepat dan tegas untuk menjaga stabilitas ekonomi, termasuk menurunkan suku bunga acuan dan menyediakan likuiditas yang cukup untuk sektor perbankan. Selain itu, BI juga bekerja sama dengan pemerintah dalam menerapkan kebijakan fiskal yang ekspansif guna mendukung pertumbuhan ekonomi.

Krisis keuangan global 2008 memberikan pelajaran penting bagi Bank Indonesia tentang pentingnya kebijakan moneter yang fleksibel dan adaptif. Sejak saat itu, BI telah memperkuat kerangka kebijakan moneternya dengan mengadopsi pendekatan kebijakan yang berbasis pada data (data-driven). BI secara rutin memantau indikator-indikator ekonomi utama seperti inflasi, pertumbuhan ekonomi, nilai tukar, dan stabilitas sektor keuangan untuk menentukan arah kebijakan yang paling tepat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline