Lihat ke Halaman Asli

Syaiful Anwar

Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Sistem Ekonomi Indonesia (25): (Mengukur) Pengaruh Sistem Ekonomi Terhadap Ketahanan Pangan

Diperbarui: 15 Agustus 2024   13:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Sistem ekonomi suatu negara memainkan peran sentral dalam menentukan sejauh mana ketahanan pangan nasional dapat dicapai. Di Indonesia, sebagai negara dengan populasi yang besar dan pertanian yang signifikan, ketahanan pangan merupakan salah satu prioritas utama pemerintah. Namun, tantangan global seperti perubahan iklim, volatilitas harga pangan, serta dinamika pasar internasional, membuat ketahanan pangan semakin kompleks. Dalam konteks ini, sistem ekonomi Indonesia, yang merupakan campuran antara mekanisme pasar dan intervensi pemerintah, menjadi faktor kunci dalam menjaga dan meningkatkan ketahanan pangan nasional.

Definisi Ketahanan Pangan dan Pentingnya bagi Indonesia

Ketahanan pangan tidak hanya berarti ketersediaan pangan yang cukup untuk seluruh masyarakat, tetapi juga aksesibilitas, kualitas, dan stabilitas pasokan pangan dari waktu ke waktu. FAO mendefinisikan ketahanan pangan sebagai situasi di mana "semua orang, pada setiap saat, memiliki akses fisik, sosial, dan ekonomi terhadap pangan yang cukup, aman, dan bergizi untuk memenuhi kebutuhan gizi mereka agar dapat menjalani hidup yang aktif dan sehat."

Di Indonesia, dengan populasi lebih dari 270 juta jiwa, tantangan ketahanan pangan menjadi lebih krusial. Sektor pertanian masih menjadi tulang punggung perekonomian nasional, menyerap tenaga kerja dan menyediakan sumber pangan bagi sebagian besar masyarakat. Namun, ketergantungan yang tinggi pada sektor pertanian tradisional menghadapi risiko besar akibat perubahan iklim dan kerentanan terhadap harga pangan global.

Peran Sistem Ekonomi Campuran dalam Ketahanan Pangan

Sistem ekonomi campuran Indonesia memungkinkan pemerintah untuk berperan aktif dalam mendukung sektor pertanian melalui berbagai kebijakan dan program. Salah satu contoh nyata adalah pemberian subsidi kepada petani, baik dalam bentuk subsidi pupuk maupun bantuan langsung untuk meningkatkan produksi pangan. Subsidi ini dirancang untuk mengurangi biaya produksi, meningkatkan hasil pertanian, dan memastikan harga pangan yang stabil di pasar domestik. Sebagai contoh, subsidi pupuk telah membantu petani padi di berbagai daerah untuk meningkatkan produksi beras, yang merupakan komoditas pangan pokok bagi masyarakat Indonesia.

Namun, sistem ekonomi campuran juga memberikan ruang bagi pasar untuk beroperasi secara bebas, terutama dalam distribusi dan penentuan harga pangan. Hal ini terlihat dari peran sektor swasta dalam mendistribusikan dan mengimpor pangan, terutama komoditas yang tidak dapat diproduksi secara lokal dalam jumlah yang mencukupi, seperti kedelai dan gula. Di satu sisi, hal ini memungkinkan adanya fleksibilitas dalam pasokan pangan dan menekan kekurangan pangan. Di sisi lain, ketergantungan pada impor pangan dapat meningkatkan kerentanan terhadap fluktuasi harga global, yang dapat berdampak pada inflasi pangan di dalam negeri.

Tantangan Ketahanan Pangan dalam Sistem Ekonomi Global

Pengaruh sistem ekonomi global terhadap ketahanan pangan di Indonesia semakin nyata dalam beberapa tahun terakhir. Globalisasi perdagangan pangan telah menciptakan ketergantungan antarnegara dalam pemenuhan kebutuhan pangan. Ketika harga pangan global melonjak, seperti yang terjadi pada krisis pangan 2008 dan 2022, dampaknya dirasakan langsung oleh negara-negara pengimpor pangan seperti Indonesia.

Sebagai contoh, pada tahun 2022, terjadi lonjakan harga gandum akibat konflik di Ukraina, salah satu eksportir gandum terbesar di dunia. Dampaknya, harga produk berbasis gandum di Indonesia mengalami kenaikan yang signifikan, sehingga mempengaruhi daya beli masyarakat. Ketergantungan pada pasar global ini menunjukkan bahwa meskipun Indonesia memiliki kapasitas produksi pangan yang cukup besar, ketahanan pangan nasional masih sangat rentan terhadap guncangan eksternal.

Dalam konteks ini, pemerintah Indonesia perlu terus mengevaluasi kebijakan perdagangan dan ketahanan pangan agar tidak terlalu bergantung pada impor. Diversifikasi sumber pangan domestik, penguatan infrastruktur logistik, serta peningkatan teknologi pertanian menjadi langkah penting untuk memperkuat ketahanan pangan di tengah tantangan global.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline