Lihat ke Halaman Asli

Syaiful Anwar

Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Monetisasi Dekarbonisasi (18): Peluang Indonesia dari Ketergantungan SDS

Diperbarui: 25 Juni 2024   08:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Mengapa Ketergantungan pada Sumber Daya Fosil (SDS) Tidak Baik

Ketergantungan pada sumber daya fosil seperti batu bara, minyak, dan gas alam telah menjadi sumber energi utama di banyak negara, termasuk Indonesia. Meskipun bahan bakar fosil telah mendukung pertumbuhan ekonomi dan pembangunan industri, ketergantungan yang berlebihan pada sumber energi ini membawa sejumlah dampak negatif yang signifikan. Berikut adalah beberapa alasan mengapa ketergantungan pada sumber daya fosil tidak baik:

1. Dampak Lingkungan

Emisi Gas Rumah Kaca

  • Pemanasan Global: Pembakaran bahan bakar fosil melepaskan sejumlah besar gas rumah kaca (GRK), seperti karbon dioksida (CO2), ke atmosfer. GRK ini berkontribusi pada pemanasan global dan perubahan iklim.
  • Polusi Udara: Selain CO2, pembakaran bahan bakar fosil juga melepaskan polutan lain seperti sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksida (NOx), dan partikel halus (PM2.5). Polutan ini dapat menyebabkan masalah kesehatan serius seperti penyakit pernapasan dan kardiovaskular.

Kerusakan Ekosistem

  • Eksploitasi Sumber Daya: Ekstraksi bahan bakar fosil seringkali melibatkan praktik-praktik yang merusak lingkungan, seperti penambangan terbuka dan pengeboran lepas pantai. Praktik ini dapat merusak habitat alam dan mengancam keanekaragaman hayati.
  • Tumpahan Minyak: Pengeboran minyak dan pengiriman dapat menyebabkan tumpahan minyak, yang memiliki dampak merusak pada kehidupan laut dan ekosistem pesisir.

2. Dampak Ekonomi

Ketidakstabilan Harga

  • Volatilitas Pasar: Harga bahan bakar fosil sangat rentan terhadap fluktuasi pasar global, yang dapat menyebabkan ketidakstabilan ekonomi. Ketergantungan pada sumber energi ini membuat negara rentan terhadap krisis energi dan inflasi.
  • Biaya Produksi: Biaya ekstraksi dan produksi bahan bakar fosil cenderung meningkat seiring dengan penurunan cadangan yang mudah diakses. Hal ini dapat meningkatkan biaya energi bagi konsumen dan industri.

Ketergantungan pada Impor

  • Defisit Perdagangan: Banyak negara, termasuk Indonesia, masih mengimpor sebagian besar kebutuhan energinya. Ketergantungan pada impor bahan bakar fosil dapat memperburuk defisit perdagangan dan melemahkan nilai mata uang nasional.
  • Keamanan Energi: Ketergantungan pada impor bahan bakar fosil membuat negara rentan terhadap gangguan pasokan energi akibat ketegangan geopolitik dan konflik internasional.

3. Dampak Sosial

Kesehatan Masyarakat

  • Penyakit Pernafasan: Polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil adalah penyebab utama penyakit pernapasan seperti asma, bronkitis, dan kanker paru-paru.
  • Beban Kesehatan: Biaya kesehatan yang meningkat akibat penyakit terkait polusi udara membebani sistem kesehatan nasional dan mengurangi produktivitas tenaga kerja.

Ketidakadilan Sosial

  • Kesenjangan Energi: Distribusi sumber daya fosil seringkali tidak merata, menciptakan kesenjangan energi di mana beberapa daerah memiliki akses energi berlebih sementara yang lain kekurangan.
  • Dampak pada Masyarakat Rentan: Komunitas miskin dan rentan seringkali paling terpengaruh oleh polusi dan dampak lingkungan negatif dari ekstraksi bahan bakar fosil.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline