Lihat ke Halaman Asli

Syaiful Anwar

Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara Asik Memahami Perang Dagang Global

Diperbarui: 27 Mei 2024   14:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Perang dagang adalah konflik ekonomi yang terjadi ketika negara-negara memberlakukan tarif atau hambatan perdagangan lainnya terhadap satu sama lain sebagai respons terhadap kebijakan perdagangan yang dianggap merugikan. Tujuan utamanya adalah melindungi industri domestik dari persaingan luar negeri dan mengurangi defisit perdagangan. Konflik ini sering kali mengakibatkan peningkatan harga barang impor dan penurunan ekspor, yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi negara yang terlibat.

Jenis-Jenis Perang Dagang

  1. Tarif: Pengenaan pajak impor yang tinggi terhadap barang-barang dari negara tertentu untuk membuat produk impor menjadi lebih mahal dan kurang kompetitif dibandingkan produk domestik. Contohnya adalah tarif yang dikenakan oleh Amerika Serikat terhadap barang-barang dari Tiongkok pada 2018.
  2. Kuota: Pembatasan jumlah barang yang boleh diimpor dari negara tertentu. Ini dilakukan untuk membatasi ketersediaan produk impor dan melindungi industri dalam negeri.
  3. Subsidies: Pemberian subsidi kepada industri dalam negeri untuk membuat produk lokal lebih murah dibandingkan produk impor. Misalnya, subsidi pemerintah kepada petani untuk meningkatkan daya saing produk pertanian dalam negeri.
  4. Regulasi dan Standar Teknis: Penetapan regulasi atau standar teknis yang ketat untuk produk impor sehingga sulit memenuhi persyaratan masuk pasar domestik. Misalnya, standar keamanan produk yang sangat tinggi untuk barang elektronik.

Bentuk-Bentuk Perang Dagang

  1. Tarif Balasan: Negara yang dikenai tarif tinggi membalas dengan mengenakan tarif tinggi pada barang dari negara yang memulai perang dagang. Contohnya adalah ketika Tiongkok membalas tarif AS dengan mengenakan tarif pada produk pertanian Amerika.
  2. Sanksi Ekonomi: Pembatasan perdagangan yang lebih luas yang mencakup pelarangan ekspor dan impor barang tertentu. Sanksi ini sering kali bersifat politis selain ekonomis.
  3. Perang Mata Uang: Negara-negara yang terlibat dalam perang dagang mungkin juga mencoba menurunkan nilai mata uang mereka untuk membuat ekspor lebih murah dan impor lebih mahal, meningkatkan daya saing internasional.

Contoh Perang Dagang

  1. Perang Dagang Amerika Serikat dan Tiongkok (2018): Pemerintah AS di bawah Presiden Donald Trump memberlakukan tarif tinggi pada barang-barang Tiongkok senilai ratusan miliar dolar, dengan alasan praktik perdagangan yang tidak adil dan pencurian kekayaan intelektual. Tiongkok membalas dengan mengenakan tarif pada produk pertanian dan barang-barang lainnya dari AS. Konflik ini mempengaruhi pertumbuhan ekonomi kedua negara dan menimbulkan ketidakpastian global .
  2. Perang Dagang Jepang dan Korea Selatan (2019): Jepang membatasi ekspor bahan-bahan penting untuk industri teknologi Korea Selatan, seperti semikonduktor, sebagai respons terhadap perselisihan sejarah dan masalah kompensasi tenaga kerja paksa selama Perang Dunia II. Korea Selatan membalas dengan membatasi impor barang-barang Jepang dan meningkatkan kampanye boikot produk Jepang .
  3. Perang Dagang Uni Eropa dan Amerika Serikat (2018): Uni Eropa mengenakan tarif pada berbagai produk AS sebagai balasan atas tarif yang dikenakan AS pada baja dan aluminium dari Uni Eropa. Produk yang dikenai tarif termasuk sepeda motor Harley-Davidson, bourbon, dan produk pertanian .

Perang dagang adalah alat kebijakan yang digunakan negara-negara untuk melindungi industri domestik, tetapi sering kali menimbulkan dampak negatif yang meluas. Jenis dan bentuk perang dagang bervariasi, mulai dari tarif hingga sanksi ekonomi. Contoh-contoh sejarah menunjukkan bahwa perang dagang dapat memperburuk hubungan internasional dan mempengaruhi ekonomi global secara signifikan. Oleh karena itu, diplomasi dan negosiasi sering kali diperlukan untuk menyelesaikan konflik perdagangan ini.

Perang dagang bukanlah fenomena baru dalam sejarah ekonomi dunia. Praktik ini dapat ditelusuri kembali ke masa lampau, ketika negara-negara menggunakan tarif dan hambatan perdagangan untuk melindungi ekonomi domestik mereka.

  1. Perang Tarif Inggris-Amerika (1842-1860): Salah satu contoh awal perang dagang terjadi pada pertengahan abad ke-19 antara Inggris dan Amerika Serikat. Amerika Serikat menerapkan Tarif Walker pada tahun 1846 untuk melindungi industri dalam negerinya dari persaingan asing, terutama dari Inggris. Sebagai tanggapan, Inggris juga menerapkan kebijakan perdagangan proteksionis terhadap produk-produk Amerika.
  2. Perang Tarif Smoot-Hawley (1930): Pada puncak Depresi Besar, Amerika Serikat mengesahkan Undang-Undang Tarif Smoot-Hawley, yang menaikkan tarif impor secara drastis untuk melindungi industri dalam negeri. Banyak negara, termasuk Kanada dan beberapa negara Eropa, merespons dengan menaikkan tarif mereka sendiri. Langkah ini dianggap memperburuk kondisi ekonomi global dan memperdalam Depresi Besar.

Perang dagang modern melibatkan taktik dan aktor yang lebih kompleks dibandingkan dengan masa lalu, seiring globalisasi dan integrasi ekonomi global yang semakin meningkat.

  1. Perang Dagang AS-Jepang (1980-an): Pada tahun 1980-an, Amerika Serikat dan Jepang terlibat dalam serangkaian perselisihan perdagangan yang intens. Amerika Serikat menuduh Jepang melakukan praktik perdagangan tidak adil dan memanipulasi yen untuk membuat ekspornya lebih kompetitif. Konflik ini menghasilkan beberapa kesepakatan yang memaksa Jepang untuk membatasi ekspor mobil ke Amerika Serikat dan membuka pasar domestiknya untuk produk-produk AS.
  2. Perang Dagang Amerika Serikat-Tiongkok (2018-sekarang): Salah satu perang dagang terbesar dan paling berpengaruh di era modern adalah antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump, Amerika Serikat memberlakukan tarif tinggi pada barang-barang Tiongkok dengan alasan praktik perdagangan tidak adil dan pencurian kekayaan intelektual. Tiongkok membalas dengan mengenakan tarif pada produk-produk Amerika, termasuk pertanian dan barang-barang manufaktur. Konflik ini mengakibatkan ketidakpastian ekonomi global dan mengganggu rantai pasokan internasional.
  3. Perang Dagang Uni Eropa-Amerika Serikat (2018-2021): Di bawah pemerintahan Trump, Amerika Serikat juga memberlakukan tarif tinggi pada baja dan aluminium dari Uni Eropa. Uni Eropa merespons dengan mengenakan tarif pada berbagai produk Amerika seperti sepeda motor Harley-Davidson, bourbon, dan jeans Levi's. Meskipun ketegangan berkurang di bawah pemerintahan Biden, beberapa isu perdagangan masih belum terselesaikan.

Perang dagang memiliki dampak luas pada ekonomi global. Kenaikan tarif dan pembatasan perdagangan dapat mengganggu rantai pasokan, meningkatkan biaya produksi, dan mengurangi perdagangan internasional. Negara-negara yang terlibat dalam perang dagang sering kali mengalami penurunan ekspor dan impor, yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

  1. Gangguan Rantai Pasokan: Perang dagang dapat menyebabkan gangguan signifikan pada rantai pasokan global. Misalnya, tarif yang dikenakan pada komponen teknologi dari Tiongkok mengakibatkan peningkatan biaya produksi bagi perusahaan teknologi di seluruh dunia.
  2. Peningkatan Harga Konsumen: Tarif tinggi sering kali diteruskan kepada konsumen dalam bentuk harga yang lebih tinggi. Misalnya, tarif pada produk elektronik dari Tiongkok menyebabkan harga barang elektronik di Amerika Serikat naik.
  3. Penurunan Pertumbuhan Ekonomi: Ketidakpastian perdagangan yang disebabkan oleh perang dagang dapat mengurangi investasi dan memperlambat pertumbuhan ekonomi. Banyak perusahaan menunda ekspansi atau investasi baru karena ketidakpastian tentang masa depan kebijakan perdagangan.

Perang dagang adalah alat kebijakan ekonomi yang digunakan untuk melindungi industri dalam negeri dari persaingan asing. Meskipun dapat memberikan keuntungan jangka pendek bagi beberapa sektor, dampak jangka panjangnya sering kali merugikan ekonomi global. Sejarah menunjukkan bahwa perang dagang dapat memperburuk hubungan internasional dan menyebabkan ketidakstabilan ekonomi. Oleh karena itu, penyelesaian konflik perdagangan melalui diplomasi dan negosiasi lebih disarankan untuk menjaga stabilitas ekonomi global.


Fenomena dan Perkembangan Perang Dagang Terkini

Perang Dagang Amerika Serikat dan Tiongkok

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline