Lihat ke Halaman Asli

Syaiful Anwar

Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Eid Mubarak 46: Mengatasi Beban Keuangan Musim Lebaran

Diperbarui: 19 April 2024   06:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Setiap tahun, perayaan Idul Fitri menjadi momen yang sangat dinantikan bagi masyarakat Muslim di seluruh dunia. Namun, di balik kegembiraan dan kebersamaan, ada sebagian keluarga yang mengalami beban keuangan yang cukup besar. Beban keuangan ini sering kali muncul akibat tekanan untuk berbelanja untuk hadiah, pakaian baru, dan persiapan makanan, yang pada gilirannya dapat meningkatkan tingkat utang mereka.

Musim Lebaran, dengan segala keceriaan dan kehangatan yang menyertainya, sering kali menjadi saat yang ditunggu-tunggu oleh banyak orang. Namun, di balik gemerlapnya pesta dan kebersamaan, terdapat beban keuangan yang mungkin tak terlihat bagi sebagian orang. Beban ini bisa bermacam-macam, mulai dari kebutuhan primer seperti makanan dan pakaian hingga tekanan sosial untuk memberikan hadiah atau mengadakan pesta, yang pada gilirannya dapat menimbulkan beban keuangan yang signifikan bagi beberapa keluarga.

Mari kita terlebih dahulu definisikan apa yang dimaksud dengan beban keuangan. Secara sederhana, beban keuangan merujuk pada segala bentuk tanggungan finansial yang dikenakan pada seseorang atau sebuah keluarga. Dalam konteks musim Lebaran, beban keuangan dapat timbul dari berbagai sumber, seperti pengeluaran tambahan untuk hadiah, dekorasi rumah, atau biaya transportasi untuk pulang ke kampung halaman.

Dari sudut pandang ekonomi, beban keuangan pada musim Lebaran dapat dilihat sebagai bagian dari konsumsi yang dipengaruhi oleh faktor-faktor psikologis, sosial, dan budaya. Teori konsumen menunjukkan bahwa individu cenderung membelanjakan lebih banyak uang saat mereka merasa terdorong oleh tekanan sosial atau kebutuhan akan penerimaan sosial. Dalam konteks ini, perayaan Lebaran sering kali menjadi momen di mana orang merasa perlu untuk menunjukkan kemakmuran dan kedermawanan melalui pengeluaran yang berlebihan.

Jenis-jenis beban keuangan pada musim Lebaran dapat bervariasi tergantung pada kondisi dan preferensi individu. Beban tersebut dapat meliputi:

  1. Pengeluaran untuk Kebutuhan Pokok: Sebagian besar keluarga merasa tekanan untuk meningkatkan pengeluaran mereka untuk membeli makanan, pakaian baru, dan perlengkapan lainnya selama musim Lebaran. Ini sering kali menjadi beban tambahan bagi keluarga yang sudah berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka sehari-hari.
  2. Hadiah dan Uang Saweran: Tradisi memberikan hadiah dan uang saweran menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Lebaran di banyak masyarakat. Namun, hal ini dapat menimbulkan beban keuangan yang signifikan, terutama bagi keluarga dengan anggota yang banyak atau dengan tingkat pendapatan yang terbatas.
  3. Biaya Transportasi: Banyak orang yang merantau atau bekerja di kota-kota besar merencanakan perjalanan pulang ke kampung halaman untuk merayakan Lebaran bersama keluarga mereka. Biaya transportasi, terutama tiket pesawat atau kereta api, dapat menjadi beban keuangan yang cukup besar, terutama jika harga tiket meningkat menjelang Lebaran.
  4. Biaya Pesta dan Dekorasi: Beberapa keluarga merasa perlu untuk mengadakan pesta atau menghias rumah mereka dengan indah sebagai bagian dari perayaan Lebaran. Biaya untuk makanan, minuman, dan dekorasi dapat menambah beban keuangan yang tidak terduga.

Untuk memberikan gambaran yang lebih konkret, data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pada tahun lalu, sekitar 60% dari rumah tangga di Indonesia melaporkan peningkatan pengeluaran mereka selama bulan Ramadhan dan musim Lebaran. Peningkatan ini sebagian besar disebabkan oleh pengeluaran tambahan untuk makanan dan pakaian, serta biaya transportasi untuk pulang ke kampung halaman.

Dalam menghadapi beban keuangan pada musim Lebaran, ada beberapa langkah yang dapat diambil oleh individu dan keluarga untuk mengelola keuangan mereka dengan lebih efektif. Pertama-tama, penting untuk membuat anggaran yang realistis dan mengidentifikasi prioritas pengeluaran. Hal ini dapat membantu menghindari pengeluaran yang tidak perlu dan memastikan bahwa dana tersedia untuk kebutuhan yang lebih penting.

Selain itu, memanfaatkan promo atau diskon yang ditawarkan oleh toko-toko atau pusat perbelanjaan dapat membantu mengurangi beban keuangan. Ini juga bisa menjadi kesempatan untuk membandingkan harga dan memilih produk atau layanan yang paling ekonomis.

Pada dasarnya, fenomena ini mencerminkan konsep perilaku konsumen dalam ilmu ekonomi. Menurut teori konsumen, individu cenderung menghabiskan lebih dari yang mereka mampu saat mereka merasa terdorong oleh ekspektasi sosial atau tekanan budaya. Dalam konteks Idul Fitri, ada harapan yang kuat untuk memperlihatkan kemakmuran dan kedermawanan melalui hadiah-hadiah yang diberikan kepada keluarga dan kerabat. Hal ini seringkali mengarah pada perilaku konsumtif yang berlebihan, bahkan ketika kondisi keuangan tidak memungkinkan.


Membedah Beban Keuangan pada Musim Lebaran: Perspektif Teori Perilaku Konsumen

Musim Lebaran, saat yang dinanti-nantikan oleh banyak orang, seringkali menjadi momen di mana tekanan finansial dapat meningkat secara signifikan bagi sebagian individu dan keluarga. Fenomena ini dapat dijelaskan melalui lensa teori perilaku konsumen, yang mengungkapkan bagaimana faktor psikologis, sosial, dan budaya memengaruhi keputusan pembelian individu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline