Wakil Ketua Dewan Penasihat Partai Hanura Inas Nasrullah Zubir menyebut Presiden RI keenam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) "tidak"paham terkait perekonomian nasional.
Pernyataan Inas yang menyerempet ke SBY ini, ditenggarai oleh pernyataan Jusuf Kalla (JK) yang memaparkan efektifitas kepemimpinan SBY dalam menghadapi tantangan ekonomi.
Namun analisa "dangkal" Inas justru menegaskan peribahasa lama yang mengatakan, air beriak tanda tak dalam.
Begini pasalnya, Inas merupakan politisi dengan berlatar belakang pendidikan di bidang teknologi. Saya bisa memahami jika Inas menyebut SBY tak paham mengenai cara memasang instalasi internet, coding, dan atau cara memudahkan kerja buzzer dengan instalasi jaringan komputer yang modern.
Tapi jika berbicara ekonomi, mungkin Inas perlu menggunakan keilmuannya di bidang system analitic yang rumit itu untuk mencari tahu latar pendidikan dan pencapaian SBY.
SBY, selain berlatar belakang militer, beliau juga merupakan Doktor dalam bidang Ekonomi Pertanian. Gelar tersebut didapatkannya dari Isntitut Pertanian Bogor pada tahun 2004.
Selain itu, pengakuan lainnya juga datang dari dunia internasional terkait kinerja SBY mengangkat perekonomian nasional semasa ia mengemban amanat rakyat menjadi Presiden RI.
Pada tahun 2012 SBY menerima penghargaan 21st Century Economic Achievement Award dari US-ASEAN Business Council, dan pata tahun 2014 menerima penghargaan Global Statesmanship Award dari World Economic Forum (WEF).
Saya sengaja tak menyebutkan (angka) keberhasilan SBY dalam mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional selama sepuluh tahun dalam ukuran rata-rata pertahunnya maupun rata-rata selama sepuluh tahun.
Selain hal itu membuat Inas menjadi panas dingin dan menggebu-gebu ingin membela junjungannya, tentu saja hal itu, menurut saya hanya akan memudahkan Inas dalam tugas system analitic-nya untuk mendalami sosok SBY.
Lagian kalau Inas terpancing, tidak baik juga bagi psikisnya secara pribadi maupun situasi nasional yang hari ini tengah membutuhkan soliditas dan solidaritas di tengah pandemi.