Lihat ke Halaman Asli

Elegi Ramadan

Diperbarui: 24 Juni 2015   14:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Daun-daun Ramadan berekahan lagi

Nafasnya mengaurkan gairah, gelak cahaya, dan harum doa

Alun-alun kampung digerayangi cengkerama

Ibu-ibu dan bapak-bapak senjakala

Katanya, alhamdulillah Allah

Memberikan izin memanen pahala

Sebelum usia menjadi mala

Menggugurkan buah-buah dosa

Sebelum meletus jadi nanah

Dari kolong rumah, alu beradu

Anak dara anak jejaka

diguyur peluh

Mengoyak bulir-bulir padi dalam lesung

gaharu

Aku ingin pulang kampung memanggul kayu

Menyeret luka rindu

Puasa pertama dalam linangan air mata ibu

Oi pohon-pohon Ramadan merimbun lagi

Mengakar di degup jantungku berbunga di kepala rantauku

Tadarus dan tasyakur berdengung, merambati rambut-rambut malam

Menidurkan pohon pisang melembutkan suara air pancuran

Muzakkir dan Salahuddin berlomba tamatkan kitab suci

Sebelum matahari muncul bergigi seri

Sebelum 1 Syawal datang menggandeng tangan takbir, tahlil, dan tahmid

Auuui, kafilah sarung berarak menggebuk panci

Sahur sahur sahur sebelum subuh sebelum pintu dirogoh tangan matahari

Ramadan tamu Allah tamu hamba

Jalan-jalan kampung didatangi anak-anak purnama

Lorong-lorong dijaga lampu pelita yang jelita

Gotong royong warga sebelum muncul mata senja

Menyambut handai taulan dari negeri rantauan

Orang-orang yang masih ada kamus setia di dalam rahasia dada dan rayuan rantau

Melihat kerabat dan kampung halaman

Menengok keluarga di sunyi pekuburan

Dan bedug digebuk bertalu-talu

Seperti menggebuk jantung dosa hamba

Hati berdegup penuh haru Anak-anak menari dan menyeru-nyeru

Ayah…ibu, ananda datang membawa oleh-oleh berkarung-karung dosa

Aku datang ingin mencuci nyawa

Dan mati dalam linangan air matamu yang paling murni

Kampung Salubulung digenangi doa dan rindu

Hutan-hutan merinding sungai-sungai nyanyikan kebahagiaan air

Kafilah Ramadan berarak datang

Kendari, 20 Agustus 2008

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline