Lihat ke Halaman Asli

Syaifuddin Sayuti

TERVERIFIKASI

blogger, Kelas Blogger, traveller, dosen.

Kontroversi Adzan Beriklan TVOne

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

[caption id="attachment_127131" align="aligncenter" width="640" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Tayangan adzan di tv selama bulan suci Ramadhan menjadi sebuah acara yang paling ditunggu oleh pemirsa. Acara ini menjadi penanda saat berbuka puasa bagi kaum muslim yang menjalankan ibadah puasa. Selama ini banyak stasiun tv mengemas tayangan berdurasi sekitar 4 menitan itu dalam format yang seragam. Biasanya memperlihatkan aktivitas keluarga yang berkumpul jelang waktu berbuka puasa. Perbedaan mungkin hanya pada plot cerita atau penggunaan talent yang kadang menggunakan artis penyanyi, pemain sinetron, pelawak atau model terkenal. So far tak ada yang berbeda. Pemirsa pun tak terlalu ambil pusing dengan tayangan ini, karena sifatnya hanya penanda waktu datangnya saat berbuka. Namun jika anda pemirsa televisi jeli dengan adzan Magrib yang ditayangkan di tv One sejak awal Ramadhan, tentunya akan berpikir lain. Ini bukan adzan Magrib biasa. Saya menilai ini adalah sebuah thriller iklan yang ditempeli back sound Adzan Magrib. Adzan (iklan) itu sendiri bercerita mengenai seorang penjahit pakaian yang meniti usaha dari kecil. Saat miskin ia sempat dimaki-maki oleh seorang pelanggan yang dari tampilan busananya dikategorikan sebagai orang “berada”. Kemudian adegan berpindah ke sebuah Bank. Si penjahit terlihat meminjam modal untuk membesarkan usahanya di sebuah bank syariah. Usahanya pun maju, ini terlihat dari lansekap perusahaan garmen dengan mesin jahit modern yang dimiliki tokoh tadi. Setelah meminjam modal, penjahit tadi kemudian bisa mempunyai rumah megah dan juga mobil, yang lagi-lagi hasil meminjam dana di bank yang sama. Dan di ujung Adzan (iklan) pemirsa diperlihatkan moral cerita, ternyata si penjahit dan pelanggan yang marah-marah di awal sekarang bertetangga. Mereka kemudian berpelukan, seolah menunjukkan perdamaian dari kisah masa lalu. Kalau plot cerita ini dibuat sinetron mungkin menarik, tapi apa jadinya jika sepanjang tayangan iklan (adzan) itu pemirsa disuguhi tebaran produk sponsor? Saya menilai tayangan ini tak etis. Mencampur adukkan tayangan ajakan beribadah dengan produk komersial.Parahnya, tak ada secuil pun adegan adzan (iklan) ini yang menunjukkan kegiatan ibadah puasa atau shalat. Dari sisi ide, mungkin ini adalah terobosoan baru. Karena konsep semacam ini belum pernah ada sebelumnya. Dari segi jangkauan khalayak pemirsa, ini juga menarik. Menempatkan iklan di waktu yang sangat ditunggu-tunggu jutaan orang saat Ramadhan, jelas tepat. Yang tidak tepat dan tidak etis adalah penempatan iklan di tayangan tersebut. Adzan seolah hanya menjadi latar suara (back sound) saja. Apa bedanya misalnya dengan penayangan tarian modern yang menggunakan backsound adzan? Di Youtube dan media sosial lainnya berkembang wacana mendesak Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) melarang tayangan adzan beriklan ini. Entah apakah karena desakan ini, KPI akhirnya melayangkan surat yang meminta TV One menarik adzan beriklan tersebut. Apakah TV One akan patuh? Kita lihat saja… Simak tayangannya di sini!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline