Lihat ke Halaman Asli

Syaifuddin Sayuti

TERVERIFIKASI

blogger, Kelas Blogger, traveller, dosen.

Haruskah Saya Bercerai Dengan Telkom Speedy?

Diperbarui: 26 Juni 2015   05:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya adalah pelanggan jasa layanan internet berkabel Telkom Speedy. Kenapa saya memilih Speedy karena aktivitas berinternet kerap saya lakukan di rumah. Dulu sebelum memiliki smart phone, dalam benak saya berinternet paling enak ya di rumah. Bisa sambil nonton tv, dengar radio, hingga disambi mengerjakan tugas kuliah atau kantor.

Pendek kata, berinternet bagi saya harus dalam suasana menyenangkan. Saya kurang menikmati saat berinternet jika situasi sekitar tak mendukung. Suasana bising, tempatnya tidak nyaman adalah salah satu musuh terbesar saya saat berselancar di dunia internet. Apalagi penggunaan terbesar saya berinternet adalah untuk ngeblog, maka menjatuhkan pilihan pada Speedy adalah pilihan paling menarik (saat itu).

Speedy adalah pilihan kedua saya dan keluarga dalam berinternet. Sebelumnya saya pernah tahunan menggunakan dial up telkomnet instant. Dengan si instant saya kerap dapat hal-hal yang menyebalkan. Lelet, putus-putus, dan kerap tak bisa diakses. Karena kesal dan kebutuhan akan penggunaan internet meningkat, saya putuskan meminang Speedy.

Dengan tawaran yang memikat apalagi diimingi dengan diskon bagi dosen/ guru, sayapun akhirnya berspeedy ria. Saat itu, memang Speedy jika dibandingkan dengan si Instant memang jauh lebih ngacir. Di awal jarang sekali koneksi putus mendadak. Kecepatannya lumayan meski tidak secepat kita berinternet di negeri maju, misalnya.

Tapi itu dulu. Yang saya dapati kemudian adalah kenyataan pahit. Meski masih saya gunakan, jaringan naik turun. Lemotnya Speedy kerap saya alami. Saat butuh jaringan yang perkasa, saya dipaksa menunggu lampu indikator modem menyala satu persatu. Beruntung jika akhirnya nyala semua. Tapi mengecewakan jika ternyata sudah dituggu-tunggu akhirnya dodol.

Di Kompasiana sudah beberapa kali saya posting soal Speedy yang Lola, loading lama, hingga kerusakan demi kerusakan yang membuat kinerja internet di rumah saya tak maksimal menjadi menu sehari-hari.

Kenapa tak lapor?

Sudah. Dan saya termasuk orang yang cerewet pada layanan yang buruk. Entah sudah berapa kali saya menelpon 147 yang merupakan nomor hotline Telkom. Kadang jawabannya memuaskan karena mereka solutif. Namun yang kerap terjadi mereka tak bisa segera mengatasi gangguan. Jika demikian yang terjadi, terpaksa saya menunda pekerjaan dan aktivitas ngeblog saya karena layanan yang buruk dari Speedy.

Beberapa pekan ini saya juga mengalami banyak kendala dengan Speedy saya. Entah mengapa saya malas untuk mengadu ke hotline 147 Telkom. "Ah, paling-paling tak dicarikan solusinya," pikir saya suatu kali. Ini jelas mengganggu aktivitas saya, apalagi saya juga tengah dikejar deadline sebuah pekerjaan yang memerlukan koneksi internet mumpuni.

Puncaknya terjadi dalam dua pekan ini, telpon di rumah yang juga menjadi penghubung ke Speedy mati mendadak. Dalam rentang sepekan, dua kali saya mengalami kerusakan jaringan telpon di rumah saya. Kesal karena kerap dikecewakan Speedy, saya ingin memberi pelajaran bagi operator Telkom Speedy agar tak lebih banyak mengecewakan orang lain.

Saya butuh masukan, kira-kira jika saya talak Speedy, mungkinkah ? Saya sedang berfikir untuk mengganti layanan internet kabel dengan yang nirkabel.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline