Lihat ke Halaman Asli

Syaifuddin Sayuti

TERVERIFIKASI

blogger, Kelas Blogger, traveller, dosen.

Tolak Razia Dubur Anak Jalanan!

Diperbarui: 26 Juni 2015   18:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_57926" align="alignright" width="350" caption="Ilustrasi"][/caption] Negeri ini makin aneh-aneh aja tampaknya. Buntut dari terbongkarnya aksi sodomi plus mutilasi oleh lelaki bernama Babe, terdengar kabar mengejutkan bakal ada razia dubur anak jalanan! Waduh, dubur kok dirazia.. Makin lama banyak hal gak penting diurusin sama negara. Padahal banyak hal penting menanti penangananan, misalnya kasus Lanjar yang dijadikan terdakwa setelah istrinya tewas dalam kecelakaan lalu lintas di Karanganyar, Jawa Tengah. Atau kasus pencurian randu yang mengusik rasa keadilan kita. Hanya gara-hara mengambil sisa randu seharga 10 ribu perak, pelaku mesti dijebloskan ke penjara. Lebih baik aparat hukum menyelesaikan persoalan ketimpangan hukum itu. Daripada melakukan razia dubur anak jalanan yang jelas-jelas melanggar HAM. Apa pasalnya coba harus merazia dubur? Kalau lah mereka menjadi korban kekerasan seksual di jalanan, bukan berarti kita mencurigainya lalu memeriksa dubur si anak jalanan. Berlebihan banget saya rasa! Dubur dan juga benda-benda tertutup di tubuh kita adalah hak penuh milik diri kita. Kita yang memenejnya, mulai dari membersihkan atau menjaganya. Apa kewenangan  pemerintah melakukan tindakan tak sepatutnya itu? Apakah dengan memeriksa dubur anak jalanan, kita bisa melindungi mereka dari kekerasan seksual yang tiap hari mengancam di jalanan? Apakah hasil pemeriksaan itu nantinya hanya akan dijadikan catatan statistik saja? Atau digunakan untuk mengambil kebijakan besar soal perlindungan anak jalanan dari kejahatan seksual? Tak ada yang bisa memastikan. Makanya saya sependapat dengan Komnas Perlindungan Anak yang menolak  rencana razia dubur anak jalanan. Selain tidak etis, aksi tersebut hanya menimbulkan pro-kontra saja. Seolah-olah kita melindungi mereka, padahal juga melakukan pelecehan itu sendiri. Sudahlah, jangan lakukan aksi konyol di negeri yang sudah konyol ini! Lebih baik pikirkan cara menarik mereka dari jalanan dan berikan bekal ketrampilan dan pendidikan yang layak, agar bisa dijadikan modal menjadi manusia mandiri. Waduh bahasa saya laksana kuliah P-4 jaman dulu itu. *gambar diambil dari sini.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline