Lihat ke Halaman Asli

Waspada Perang Pencitraan Jokowi Vs Prabowo Menyesatkan...

Diperbarui: 20 Juni 2015   04:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jokowi vs Prabowo perang syaraf dengan aksi politiknya yang propaganda dengan pemanfaatan media sosial yang gratisan. Beragam propaganda itu sebenarnya bertujuan untuk memengaruhi orang agar memilih figur politik yang diusungnya. Cara propagandanya saja yang berbeda. Ada yang masuk kategori white propaganda ataupun black propaganda yang populer dengan sebutan black champaign (kampanye hitam). Bila propaganda putih berupaya menyampaikan pesan jagoannya dengan informasi obyektif, jujur, sportif dan mengedepankan kelebihan prestasi jagoannya untuk memengaruhi orang lain, sebaliknya propaganda hitam dalam pesannya sarat dengan fitnah, informasi palsu dan menghalalkan segala cara untuk menyukseskan misinya. (Ilustrasi : Kompasianan)

[caption id="" align="aligncenter" width="600" caption="Jokowi vs Prabowo perang syaraf dengan aksi politiknya yang propaganda dengan pemanfaatan media sosial yang gratisan. Beragam propaganda itu sebenarnya bertujuan untuk memengaruhi orang agar memilih figur politik yang diusungnya. Cara propagandanya saja yang berbeda. Ada yang masuk kategori white propaganda ataupun black propaganda yang populer dengan sebutan black champaign (kampanye hitam). Bila propaganda putih berupaya menyampaikan pesan jagoannya dengan informasi obyektif, jujur, sportif dan mengedepankan kelebihan prestasi jagoannya untuk memengaruhi orang lain, sebaliknya propaganda hitam dalam pesannya sarat dengan fitnah, informasi palsu dan menghalalkan segala cara untuk menyukseskan misinya. (Ilustrasi : Kompasiana)"][/caption]

Satu bulan lagi rakyat Indonesia akan menentukan pemimpin untuk bangsanya, tepatnya pada hari Rabu 9 Juli 2014. Pada hari dan tanggal tersebutlah dua kubu pasangan Capres-Cawapres RI 2014 Jokowi - JK versus Prabowo - Hatta siap mempertaruhkan nama besarnya didalam kancah politik memperbutkan kekuasaan tampu kepemimpinan bangsa Indonesia kedepan untuk periode tahun 2014 - 2019.

Kedua kubu Capres - Cawapres RI tersebut tentunya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk memanfaatkan waktu yang tinggal menghtung hari tersebut.

Kedua kubu tentunya akan lebih mengiatkan lagi strategi pencitraan politiknya dengan berbagai cara, dan sudah tentu pastilah media akan menjadi sarana mereka untuk mengumbar visi dan misinya kepada seluruh rakyat Indonesia yang memiliki hak pilih. Selain itu media sosial akan menjadi andalan mereka sebagai alat pencitraan yang paling ampuh.

Sementara itu kedua kubu pasangan Capres - Cawapres RI 2014 sudah jauh - jauh hari saling serang dan mengubar janji politiknya dengan berbagai treatment memalui media yang ada, salah satunya adalah media sosial.

Dan sangat disayangkan jadwal kampanye Pilpres RI 2014 belum terlaksana berdasarkan jadwal tetap KPU RI, ternyata kedua kubu sudah saling serang dan menghujat berbagai treatment politik yang justru banyak membingungkan publik, terlebih lagi isu - isu negatif yang sering dimunculkan.

Dan yang lebih kreatif lagi justru isu - isu politik panas yang sering dimunculkan, terutama soal keburukan masa lalu yang memang menyataannya terjadi dan dilakukan oleh masing-masing individu pasangan Capres - Cawapres RI 2014, dan sudah pasti hal itu akan lebih memanas suhu politik Pilpres RI 2014 mendatang.

Hujat menghujat, fitnah memfitnah adalah hal biasa yang terjadi di dunia perpolitikan, apalagi soal perebutan kursi kekuasaan untuk kepemimpinan bangsa, Presiden dan Wakil Presiden.

Akan tetapi hal itu akan memberikan sebuah efek negatif bagi kedua kubu pasangan Capres - Cawapres RI 2014. Mengapa?, karena masyarakat Indonesia saat ini sudah lebih jernih dalam memilah sebuah nilai atas isu - isu politik yang berkembang saat ini.

Disinilah perlu adanya sebuah kreatif pencitraan politik yang lebih positif, dan hal itu perlu dilakukan dengan adanya sebuah keseimbangan media didalam memberikan informasi kepada masyarakat. Media dituntut untuk lebih peka dan inovatif didalam mengemban tugas dan tanggung jawabnya sebagai pusat informasi serta sebagai alat kontrol sosial yang terdepan.

Akan tetapi justru media sosial-lah yang masih belum bisa dikendalikan untuk menekan dan mengurangi sebuah informasi yang sering kebablasan, perhatikan saja isu yang berkembang belum lama ini bahwa kedua kubu Capres - Cawapres ROI 2014 sudah saling serang mengembangakn isu - isu negatifnya dengan menggunakan media sosial (Media Maya).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline