Gaada kata terlambat untuk menjadi orang sukses, jangan menyerah, tetap semangat karena masa depan kita depends on what we do or what we fight in twenties.
Hari ini gue liat Usia 25 jadi trending twitter Indonesia, ada sekitar 30 ribu orang men - tweet keresahan yang mereka alami di usia 25. Jujur gue agak kaget, dan baru sadar ternyata banyak banget orang yang mengalami quarter life crisis, yaitu suatu keadaan dimana seseorang yang berusia 18-30 tahun merasa tidak memiliki arah, dan ragu dengan kemampuan yang dimilikinya. Seperti judulnya, gue mau bahas tentang keresahan yang dialami sebagian besar orang diumur 25. Oke, mungkin hari ini gue akan nulis sesuatu yang berbeda, cenderung ke opini pribadi, dan juga dengan bahasa sehari -hari agar mudah dimengerti, dan mungkin seterusnya juga begitu.
Apa Keresahan Di Umur 25?
Senin, 10 mei 2021 usia gue 21 tahun, walaupun begitu gue udah ngerasain banget yang namanya quarter life crisis. Sebentar lagi gue akan lulus kuliah, dan udah jelas gue harus berhadapan langsung dengan dunia kerja dan bertanggung jawab sepenuhnya untuk diri sendiri dan masa depan. Gaada lagi yang namanya 'uang jajan', gaada lagi yang namanya 'minta uang orangtua', gaada lagi yang namanya minta ganti iPhone setiap ada keluaran model terbaru. Karena apa? semua udah jadi tanggung jawab gue sebagai 'orang dewasa', kalo lo mau sesuatu ya cari duit sendiri.
Kebetulan gue punya kakak perempuan yang usianya beda 2 tahun lebih tua. Bisa dibilang dia cukup beruntung karena bisa dengan mudah mendapat kerja, bahkan dia udah mulai kerja dari sebelum lulus kuliah. Orangtua gue pun sangat bangga dengannya, dan pastinya hal ini jadi kaca perbandingan buat gue. Secara gak langsung, terlihat jelas bahwa mereka berharap agar gue bisa kayak kakak gue.
Belakangan ini gue sempet stress. karena belum punya apa apa, takut gabisa kayak kakak gue, takut gagal, takut gabisa dapet kerja karena yang gue liat sekarang hampir semua lowongan kerja butuh pengalaman minimal 1-5 tahun, dan heiii gue baru lulus kuliah dan pengalaman gue cuman magang loh?! Jujur gue iri sama mereka yang udah sukses diumur 20an, melihat kehidupan mereka yang sangat happy di medsos bikin gue makin kepikiran, "kok bisa udah 21 tahun gue belum punya apa - apa, setidaknya gue butuh mobil dan rumah untuk kedepannya". Gue mulai ngitung berapa biaya yang diperlukan untuk rumah, mobil dan biaya nikah, terus gue itung berapa lama gue bisa mencapai nominal itu. But as we known, butuh waktu yang sangat lama untuk nyisihin sebagian gaji umr Jakarta yang gak seberapa, sementara saat ini usia gue udah 21 tahun.
Tentunya, gue makin kepikiran dan mendorong diri agar bisa segera dapat pekerjaan. Percaya atau ngga, apply magang aja udah selektif banget, persaingannya ketat, gimana kerja? Gue coba ngelamar kerja dimana - mana, sampe gatau udah berapa perusahaan yang nerima cv gue, dan bodohnya gue gak cross check job yang di apply. Alhasil, banyak panggilan kerja dari luar kota, panggilan kerja yang ga sesuai sama passion gue, dan ternyata gue gabisa manage waktu untuk kerja full time dan kuliah. Semuanya jadi berantakan, gue pusing, skripsi keteteran, dan lamaran kerjapun banyak yang gak gue terusin untuk tahap berikutnya.
Seketika gue berenti sejenak dan berpikir, kenapa gue terlalu ngejar kerja buat pengalaman, sedangkan urusan skripsi, toefl, dan kepentingan kuliah, gue kesampingkan. Akhirnya gue ngambil beberapa keputusan besar dalam hidup gue; 1. Fokus kuliah, belajar untuk ngembangin skill, ikut beberapa kursus online gratis dari universitas ternama di dunia, 2. Ikut program internship yang kerjanya remote atau dari rumah, dan gak ngeganggu kuliah, 3. Berhenti nongkrong gajelas, fokus nabung dan investasi. And yapp, problem solved. Gue merasa lebih tenang dengan keputusan ini.
Kesimpulan
Setelah gue telaah lebih dalam lagi, ternyata semua masalah ini bukan karena kesalahan diri kita yang belum punya apa - apa diumur 20an. Tapi karena kita yang terlalu membandingkan diri dengan orang lain yang berada diatas kita. Kalimat "success before 30" memang sering terdengar di telinga kita, namun bukan berarti kita bisa menjadikannya acuan untuk merasa gagal jika belum memiliki apapun diumur 25. "don't overthink, your twenties are the times you supposed to be fighting it out", gaada kata terlambat, gausah berkecil hati, jangan menyerah, tetap semangat karena masa depan kita depends on what we do or what we fight in twenties.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H