Lihat ke Halaman Asli

Yuuk Kita Mengajar

Diperbarui: 16 Desember 2015   12:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 

Salah satu program yang diterapkan pemerintah khususnya Dinas Pendidikan untuk meratakan bangsa indonesia dalam mendapakan pendidikan yang merata adalah program mengajar bagi para guru kepeloksok atau pulau-pulau terpencil yang ada dipedalaman. Mengajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh tenaga pendidik dalam lingkungan sekolah untuk menumbuhkembangkan rasa, cipta dan karsa para siswa. Guru atau tenaga pendidik merupakan sesorang yang memberikan bimbingan dan membantu kepada para peserta didik untuk mencapai cita-citanya, seperti mampu untuk lebih mandiri, dan mampu menerapkan segala yang dimiliki agar hidupnya lebih bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Mengajar merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan seorang guru berupa penyampaian bahan pelajaran kepada para siswa agar mereka dapat menerima, menanggapi, menguasai, dan mengembangkan bahan pelajaran yang sudah disampaikan. Perlu diketahui oleh seorang guru agar dapat menjalankan tugas dan kewajibannya mampu mereleasisasikan tujuan utama dari seorang pengajar atau pendidik, yakni guru berkewajiban mewujudkan segenap kemampuan dan ketrampilannya untuk mengarahkan dan membantu dan memberikan bimbingan kepada siswa agar siswa mampu dalam mewujudkan cita-citanya.

Ada beberapa pandangan tentang mengajar, yakni:

  1. Mengajar sebagai Ilmu

Mengajar dalam sebagaian ilmuan mengatakan bahwa mengajar merupakan atau sebagai ilmu artinya guru merupakan sosok pribadi yang memang secara sengaja dijadikan sebagai tenaga profesional yang memiliki pengetahuan dan kemampuan yang tinggi daam dunia pendidikan yang memiliki kompetensi dalam menyampaikan materi. Psikolog pendidikan yang bernama J.M. Stephens, mengatakan bahwa seorang yang memiliki profeionalitas harus memiliki keyakinan yang mendalam terhadap ilmu atau penegetahuan yang memiliki hubungan dengan proses kependidikan yang mampu mnyelesaikan masalah-masalah besar.

  1. Mengajar sebagai Seni

Sebagian ahli lainnya, mengatakan bahwa mengajar merupakan sebuah seni bukan ilmu, oleh karenanya, tidak semua orang yang berilmu termasuk orang yang berilmu pendidikan bisa menjadi guru yang piawai dalam hal mengajar. sebagai contoh, seorang pakar yang berkompeten dalam sebuah bidang tertentu, belum tentu mahir mengajar bidangnya kepada orang lain. Atas dasar inilah bahwa mengajar adalah seni, dan mengajar hanya dimiliki oleh orang-orang yang memang berbakat.

 

Maka untuk menjadi pengajar yang mampu berkompetensi, orang harus belajar dan berlatih secara sungguh-sungguh selama kurun waktu tertentu, akan tetapi kenyataan yang terjadi tidak semua orang ketika dalam proses pendidikannya mampu atau berhasil dalam mencapai kinerja akademiknya secara optimal, meskipun mereka telah menunjukkan usaha yang terkadang melebihi rekan seangkatannya yang ternyata lebih berhasil. Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab hal ini:

  1. Kemungkinan upaya dan usaha seerta strategis mereka daam belajar tidak tepat dan tuntutan dalam bidang sudi kependidikan, pada hal secara umum mereka memiliki potensi kognitif yang memadai.
  2. Kurang disiplin dalam mengikuti kegiatan belajar di kelas.

Ada beberapa metode dalam mengajar, yakni metode ceramah, ciri-cirinya materi bersifat informatif, dan faktual, memiliki tujuan pemahaman, dan penegathuan, memiliki keunggulan lebih banyak materi yang tersaji, sedangkan kelemahannya adalah siswa pasif. Kedua metode demonstrasi, dengan ciri-ciri materi bersifat prinsipal, faktual, dan ketrampilan, bertujuan untuk pemahaman aplikasi, memiliki keunggulan siswa berpengalaman dan berkesan mendalam, sedangkan kelemahannya adalah lebih banyak menggunakan alat dan bahan. Metode ketiga adalah diskusi, dengan ciri-ciri materi bersifat prinsipal, konseptual, dan ketrampilan, bertujuan pemahamanan analisis, sintesis, dan evaluasi aplikasi, keunggulannya siswa aktif, berani dan kritis, sedangkan kelemahannya adalah memboroskan waktu, didominasi siswa yang pintar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline