Belakangan ini fenomena orang pamer harta (flexing) di media sosial bukanlah hal baru. Entah itu pamer Rubicon ala anak pejabat dirjen pajak ataupun pamer kekayaan ala Indra Kenz "murah banget".
Tak ayal memang harta benda yang mereka pamerkan (flexing) di hadapan publik seperti mengendarai mobil mewah, mengenakan perhiasan berlian, memiliki rumah megah, menginap di hotel bintang lima selalu menarik perhatian netizen. Pertanyaannya bukan soal apa yang melatarbelakangi mengapa mereka melakukan itu, melainkan fenomena tersebut menunjukan apa sih sebenarnya?
Solidaritas dan Moralitas
Pada masa lalu, uang tidak hanya digunakan untuk mengakumulasikan kekayaan seperti yang kita lihat sekarang. Ia memiliki peran yang jauh lebih dalam memperbaiki relasi sosial yang rusak akibat konflik atau perang.
Pada masyarakat tradisional, menjaga kehormatan seseorang mengharuskan orang kaya untuk mendistribusikan kekayaannya pada upacara dan ritual bersama masyarakat sekitarnya. Tujuannya adalah untuk menepis kecurigaan atas akumulasi kekayaan mereka dan sebagai bentuk rasa solidaritas sosial.
Agama-agama besar juga mendorong kewajiban moral untuk mendistribusikan kekayaan. Zakat, sedekah, dan berbagai bentuk pemberian lainnya adalah wujud konkret dari prinsip ini.
Agama mengajarkan bahwa uang atau harta yang didistribusikan untuk kepentingan sosial adalah bentuk pensucian dari dosa-dosa cara mendapatkannya. Distribusi ini juga bertujuan untuk memfasilitasi keyakinan pada tabungan kebaikan yang akan dinikmati setelah kematian.
Perhiasan Sebagai Mata Uang Sosial
Pada masa primitif, perhiasan seperti koin, manik-manik, emas, pecahan tempurung, gigi anjing, dan gigi ikan paus digunakan sebagai mata uang sosial.
Tidak hanya untuk tampil cantik, perhiasan ini juga digunakan untuk menunjukkan kekuatan dan kewibawaan. Pada masa feodal, kekayaan tidak dapat disembunyikan; harta seperti emas, hewan ternak, dan bahkan arsitektur rumah harus selalu ditampilkan sebagai simbol kekuasaan.